REVIEW + RESENSI "GARIS WAKTU" by Fiersa Besari [Sebuah Perjalanan Menghapus Luka]





Judul : Garis Waktu
Penulis : Fiersa Besari
Foto dalam buku : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Genre : Kumpulan Cerita
Tahun terbit : 2016
Halaman : iv + 212 halaman
Ukuran buku : 13x19cm
ISBN : 978-979-794-525-1
Harga : Rp 58.000
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju,
akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang
mengubah hidupmu untuk selamanya.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju,
akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan
pegangan.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju,
akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada
titik-titik kenangan tertentu.
Maka, ikhlaskan saja kalau begitu.
Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari
melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu
yang menyakitimu secara perlahan.


***


Sebelum proses pe-review-an, sekedar basa-basi, saya ingin menceritakan bagaimana awal mula saya mengenal sosok Fiersa Besari yang akrab disapa “Bung” ini.

Saya mengenal Fiersa Besari dari teman sekelas yang notabene penikmat sastra, tapi tidak maniak seperti saya. Dari namanya, saya mengira Fiersa Besari ini adalah sosok perempuan, dan ternyata ia adalah sosok laki-laki. Ok, jadi maafkan.

Nah, jadi teman yang mengenalkan Fiersa Besari pada saya ini punya 3 buku jebolan “Bung”. Awalnya, saya kurang menyukai buku-buku seperti ini. Bagi saya, yang notabene lebih maniak terhadap fiksi, membaca buku seperti ini terlihat menye. Namun, Fiersa seolah menampik kata “menye” tersebut dalam pikiran saya melalui karyanya.

Sekilas, saya membaca blurb dari Garis Waktu dan untuk pertama kalinya saya merasa excited terhadap buku semacam ini. Awalnya, saya kira ini adalah novel, tapi ternyata bukan. Menurut saya, ini lebih menjurus pada semacam prosa yang indah dengan alur yang sudah disusun sedemikian rupa; rapi.

Tulisan-tulisannya itu menarik dan mewakili apa yang sedang saya rasakan. Akhirnya, saya pun tertarik untuk meminjam dan membacanya di rumah. Di dalamnya, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga membuat pembaca seperti diajak untuk masuk dalam dunia ciptaannya.

Okay, saya rasa cukup sekian basa-basinya dan silahkan simak review-annya.

Keep enjoy and happy reading, guys!


***


Garis Waktu merupakan buku pertama dari Fiersa Besari. Fiersa Besari sendiri adalah seorang penulis yang juga aktif bermain musik, penangkap gerak, dan pegiat alam.

Buku ini berisi rentetan cerita dengan format kumpulan surat yang merupakan uraian perasaan-perasaan tokoh aku (dirinya sendiri) pada  kau (wanitanya)  secara kronologis dari April tahun pertama hingga Maret tahun kelima. Ada 49 surat-surat pendek termasuk prolog dan epilognya, yang secara garis besar memuat curahan tentang perkenalan, kasmaran, patah hati, keikhlasan dalam melepaskan, dan berakhir dengan kenangan.

Dunia tokoh aku hanya berisi dengan tugas-tugas yang harus rela dibagi dengan jam tidur dan dengan rutinitas yang menurutnya monoton. Hingga pada akhirnya, sosok kau datang dan mengubah dunianya, juga memberi warna dalam hidupnya.


“Kau menjadi seseorang yang memorak-morandakan jagat rayaku. Dengan cara yang termanis, kau memintaku untuk merasakan dan mensyukuri segala hal yang cepat atau lambat akan berakhir.” [page 8]


Keduanya bertemu dengan cara yang sederhana. Tidak diceritakan secara pasti, dimana mereka bertemu dan apa yang mereka lakukan pada saat itu. Namun, melihat susunan kata demi kata dalam kalimatnya, membuat saya menyimpulkan bahwa mereka hanya duduk berdampingan di sebuah bangku panjang, entah di halte atau di tempat lainnya.


“Tanpa mau bertanggung jawab, kau tinggalkan aku termabuk sendirian. Jika kasmaran adalah narkotik, maka kau adalah bandarnya. Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi.” [page 12]


Hubungan keduanya makin lama makin dekat dan makin erat. Tokoh aku merasa dirinya sudah dimabuk cinta akan tokoh kau. Ia berpikir jika dirinya menempati posisi istimewa di hati tokoh kau. Namun, ternyata pikirnya salah besar. Bukan tokoh aku yang berhasil menempati posisi menggiurkan itu, tetapi ada tokoh lain yang menempatinya, yaitu dia. Bagi tokoh kau, tokoh aku hanyalah sosok tempatnya berkeluh kesah, tidak lebih.


“Sekuat-kuatnya seseorang memendam, akan kalah oleh yang menyatakan. Sehebat-hebatnya seseorang menunggu, akan kalah oleh orang yang menunjukkan.” [page 33]


Lalu, di suatu waktu, tokoh dia meninggalkan tokoh kau, yang membuatnya terpukul dan berakhir dengan menangisinya. Tokoh aku dalam hati ingin sekali bertepuk tangan, bisa jadi ini kesempatan baginya untuk kembali mengambil sepotong hati tokoh kau.

Namun, niatnya urung karena sangat tidak etis jika harus berbahagia di atas penderitaan orang lain, pikirnya. Kemudian, tokoh kau mulai mencari penghilang rasa sakit di hati dan dengan sukarela tokoh aku menjadi pemeran pengganti yang selalu meredakan kemuraman hatinya.

Zona nyaman membuat tokoh aku lupa akan skenario pemeran pengganti dalam hati dan kehidupan tokoh kau. Tidak hanya itu, tokoh kau juga sama. Sehingga rasa nyaman dengan tanpa permisi hadir diantara keduanya. Selain itu, dengan perlahan hati kedua insan itu pun melebur secara bersamaan. Namun, itu bukanlah sebuah akhir dari kisah tokoh aku dan tokoh kau. Masih banyak perjalanan dan kisah-kisah yang harus mereka lalui di masa mendatang -yang jika saya ceritakan terlalu kepanjangan dan berujung pada spoiler-.

Jujur saja, banyak kalimat-kalimat indah yang sayang untuk dilewatkan di dalam buku ini. Karena banyak dan terlalu “ngena”, saya akan menuliskan beberapa kutipan favorit saya di bawah.


“Pelajari sebelum berasumsi. Dengarkan sebelum memaki. Mengerti sebelum menghakimi. Rasakan sebelum menyakiti. Perjuangkan sebelum pergi.” [page 133]


“Aku, biarlah seperti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi. Sampai kau sadar, jika aku hancur... kau juga.” [page 137]


“Beberapa orang berhenti menyapa bukan karena perasaannya berhenti; melainkan karena telah mencapai titik kesadaran untuk berhenti disakiti.” [page 155]


“Cinta bukan melepas, tapi merelakan. Bukan memaksa, tapi memperjuangkan. Bukan menyerah, tapi mengikhlas. Bukan merantai, tapi memberi sayap.” [page 207]


***


Dari semuanya saya menyukai banyak hal dari Garis Waktu milik Bung Fiersa Besari ini. Beberapa diantaranya yang mampu memikat hati saya adalah:

  1. Desain cover dan ilustrasinya tumblr banget, dengan background putih berhias poin-poin fotografi yang terkesan antik. Satu kata, unik!
  2. Tagline “Sebuah Perjalanan Menghapus Luka”, membuat siapapun yang pernah merasakan patah hati, dan gagal move on tertarik untuk membaca, termasuk saya wkwk.
  3. Pengolahan dan penyajian kata demi kata mampu mengaduk-aduk perasaan pembaca. Apalagi, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama sehingga membuat pembaca turut merasakan berperan di dalamnya.
  4. Alur yang digunakan adalah alur maju, karena buku ini menyajikan kisah kronologis kedua tokoh utama dari awal hingga akhir.
  5. Quotes-quotes yang disajikan sebagai penutup di setiap akhiran suratnya, mampu menyentil hati para pembaca. Disajikan secara singkat, tapi ngena banget dan berhasil membuat saya baper wkwk.
  6. Tidak melulu soal percintaan, di buku ini juga ada pesan-pesan tersirat maupun tersurat mengenai diri sendiri, keluarga, dan cita-cita. Memang tidak saya tuliskan di atas, karena pasti akan berujung spoiler. Jadi, biarkan saja kalian penasaran dan membeli buku fisiknya di toko buku terdekat.

Selain faktor-faktor pemikat di atas, ada juga beberapa hal yang menurut saya kurang pas, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Banyak mengandung kosa kata yang sulit saya pahami (ex. konstalasi, stagnansi, dsb) sehingga saya harus buka tutup KBBI agar mengerti maknanya. Tapi, ada baiknya juga yaitu bisa menambah wawasan saya terhadap kosa kata baru.
  2. Penggunaan alur maju membuatnya terkesan datar, kurang greget dan membosankan.
  3. Ada beberapa bagian yang terkesan dipaksakan untuk panjang dan puitis.
  4. Ada beberapa kata dan konjungsi yang kurang tepat. Itu menurut saya pribadi ya.

Over all, saya menyukai buku ini karena banyak mengandung quotes yang bisa mewakili perasaan saya. Saya merasa sudah terlanjur jatuh cinta pada buku  ber-tagline “Sebuah Perjalanan Menghapus Luka” ini. Buku ini sangat direkomendasikan untuk teman-teman yang pernah patah hati dan masih stuck sama masa lalu, serta pecinta quotes-quotes baper.

Okay, jadi saya rasa rate 4 bintang cukup untuk Garis Waktu karya Fiersa Besari ini. Review, rate dan semuanya bersifat subjektif ya.


Thank you.


“Nyatakan perasaan, hentikan penyesalan, maafkan kesalahan, tertawakan kenangan, kejar impian. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap.” [page 171]
Continue reading REVIEW + RESENSI "GARIS WAKTU" by Fiersa Besari [Sebuah Perjalanan Menghapus Luka]
,

REVIEW + RESENSI NOVEL "COLD COUPLE" by Bayu Permana [Gabungan Dua Es yang Berbeda]




Judul : Cold Couple
Penulis : Bayu Permana
Penerbit : Aksara Plus+
Genre : Fiksi Remaja
Halaman : 280 halaman
Tahun terbit : 2018
ISBN : 978-602-1279-75-5
Harga : Rp 78.000 (Harga Pulau Jawa)
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

Ini adalah kisah cinta antara Sandra dan Edgar, dengan sifat keduanya yang hampir mirip. Sandra adalah gadis pendiam dan Edgar adalah lelaki yang dingin.

Sandra yang awalnya menjalani home schooling, terpaksa harus pindah ke sekolah formal karena paksaan ayahnya. Sifat pendiamnya membuat Sandra sulit bersosialisasi, sehingga membuat semuanya terasa sukar dijalani. Terlebih, Sandra memliki sebuah fobia yang tak biasa, yaitu fobia terhadap sentuhan. Ia sama sekali tidak bisa disentuh, dan bisa pingsan bila mendapat sentuhan sedikit saja. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Edgar, siswa yang dijuluki pangeran es oleh orang-orang di sekitarnya.

Lelaki itu memang terkenal dingin, cuek, dan jarang bicara. Namun, ketika mengetahui tentang fobia yang dialami Sandra, muncul keinginan dalam hatinya untuk melindungi gadis itu. Edgar bisa menunjukkan perhatian dan rasa sayangnya tanpa harus banyak bicara.

Mereka bisa saling memahami, meskipun hanya dalam diam. Dan ini adalah sebuah gambaran tentang es yang dingin dan beku, tetapi ternyata memiliki kehangatan di dalamnya.


***


Sebelum saya mereview, saya ingin berbagi sedikit cerita pada kalian. Awalnya, saya menemukan cerita ini di wattpad, lebih tepatnya di bagian recommended. Melihat blurb dari cerita ini, saya jadi penasaran dan akhirnya saya add library. Bukan hanya Cold Couple saja, tapi juga cerita dari Kak Bayu yang lainnya, seperti Straight, Gamers.

Ketika itu, saya membaca hanya sebagian saja, mungkin sekitar 6 chapter. Lalu, berhenti mengoperasikan dunia orange karena dikejar deadline untuk tugas. Maklum, saya adalah pelajar jebolan kurikulum 2013. Setelah sekian lama, saya kembali membuka wattpad dan ingin lanjut membaca Cold Couple. But, I’m feeling so disappointed. Kenapa? Karena sebagian isi cerita sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Sedih? Iyalah.

Beruntungnya, ada salah satu teman saya yang punya novel karya Bayu Permana ini. Sepertinya, dia ikut PO, karena di dalamnya ada signature Kak Bayu. Finally, karena mupeng banget buat baca, saya pun meminjamnya dengan sistem barter novel.

Okay, sekian cerita singkat dari saya.

Mari simak review-annya.

Keep enjoy and happy reading, guys!


***


Diawali dengan riuh penonton atas kemenangan seorang Edgar Januar dalam perlombaan karate di sekolahnya. Cowok ganteng dengan sikap dingin yang sering berdiam diri di kelas atau mendekam di perpustakaan. Dia tergolong murid yang irit omong, karena selalu menghindar ketika diajak berbicara. Bukan tanpa alasan ia bertindak demikian. Hanya saja, ia benci dipermainkan.

Perlahan, diam dan dinginnya seorang Edgar pudar saat menyadari kehadiran Sandra Maharani, murid baru di sekolahnya. Sandra menghabiskan waktu belajarnya dengan sistem home-schooling, karena mengidap haphephobia -fobia terhadap sentuhan-. Sandra pikir, ia tidak akan mendapat teman di sekolah barunya, mengingat jika ia tidak pandai bersosialisasi. Namun, dugaannya salah. Ia mendapat teman bernama Mina dan berkesempatan untuk mengenal sosok Edgar.

Edgar merasa tertarik dengan Sandra. Ia lebih banyak tersenyum jika sedang bersama Sandra. Hingga pada akhirnya, Edgar mengetahui fobia yang diderita oleh Sandra. Dalam hati kecilnya, terbesit keinginan untuk terus berada di sisi Sandra guna melindunginya. Awalnya, Sandra memberi jarak antara dirinya dengan Edgar. Namun, hatinya menolak dan ia pun perlahan membuka pintu hatinya untuk penyemangat hidupnya, Edgar Januar.


“Edgar, makasih karena masa sekolah nggak terasa menyeramkan lagi.” [page 143]


Kedekatan Sandra dan Edgar menarik perhatian Hans, ayah Sandra. Ia adalah seorang penulis dan berniat menulis cerita yang didasarkan pada kisah nyata anaknya. Hans merasa bahwa Edgar benar-benar tulus dan menyayangi Sandra. Sandra tidak bisa menyangkalnya, terlebih ketika Edgar meninju Sanggi yang kala itu sedang menggoda Sandra.

Suatu hari, Edgar meminta Sandra untuk berkunjung ke rumahnya. Sandra ingin menolak, namun ia tidak sampai hati dan akhirnya memilih untuk menyetujuinya. Di rumah Edgar, Sandra bertemu dengan Andrew dan Cecil yang merupakan paman serta bibi dari Edgar. Sekelebat memori menyesakkan muncul di otak Sandra ketika melihat sosok Andrew.

Fobia Sandra mengundang gunjingan dari ibu-ibu tetangga di kompleksnya. Tidak sedikit dari mereka yang berpikiran bahwa Sandra dan ayahnya hanya mengada-ada atas penyakit tersebut. Mereka berpikir demikian karena Edgar selalu mengantar jemput Sandra.

Bagi Edgar, kehadiran Sandra dalam hidupnya seperti memberi warna. Sejak kehadiran Sandra, dunianya berpusat hanya pada satu titik. Ia tidak menoleh pada siapupun, termasuk pada Eva. Baginya, Sandra saja sudah cukup.

Sandra hampir putus asa atas terapi penyembuhan fobianya. Namun, Edgar dengan sabar menyemangatinya. Pada titik itulah, Sandra termotivasi agar cepat pulih dari fobianya. Ia ingin pulih demi ayahnya dan Edgar.


“Aku memang tak bisa melindungimu yang melibatkan sentuhan. Tetapi air yang mengalir hingga embusan angin pun tahu aku senantiasa berharap yang terbaik untukmu.” [page 167]


***


Saya menyukai cerita ini karena penyajian alurnya sangat epik dan tidak terduga. Konfliknya juga tidak terlalu berat, sehingga tidak memusingkan kepala. Isi ceritanya juga tidak melulu soal cinta-cintaan, sehingga bisa dibaca oleh semua kalangan. Gaya bahasa dan penulisan kalimat serta dialognya juga santai, sehingga lebih mudah dipahami. Cover dan ilustrasinya juga bagus dan cocok. Di awal tiap bab-nya jua tersaji quotes-quotes. Selain itu, di awal cerita disuguhkan prolog yang manis dari tokoh utama serta di akhir cerita juga ditutup dengan epilog keduanya.

Dari sekian banyak yang saya suka, ada satu hal yang kurang berkenan di hati saya. Yaitu, mengenai harga. Menurut saya, harga yang tertera cukup mahal, mengingat bahwa novel ini tidak terlalu tebal dan ukuran kertasnya juga terbilang kecil.

Over all, saya menyukai cerita ini. Saya memberikan rate 4 bintang untuk “double ice” yang ditulis oleh Kak Bayu. Cerita ini disarankan untuk dibaca oleh kalian yang butuh motivasi. Sekali lagi, ini aman untuk dibaca oleh semua kalangan, termasuk di bawah umur.

So, is it an amazing story, right? And you must read it. Thank you.


"Kita yang terluka, kita yang mencinta, kita yang sama."
Continue reading REVIEW + RESENSI NOVEL "COLD COUPLE" by Bayu Permana [Gabungan Dua Es yang Berbeda]
,

REVIEW + RESENSI NOVEL "SIN" by Faradita [Batas Haram Raga Angkasa]




Judul : SIN
Penulis : Faradita
Penerbit : Kubus Media
Genre : Fiksi Remaja
Halaman : vi + 444 halaman
Tahun terbit : 2017
Ukuran buku : 14x20cm
ISBN : 978-602-6731-04-3
Harga : Rp 95.000 (Harga Pulau Jawa)
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

Ametta Rinjani.

Cewek paling cantik di sekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl dengan mantan di mana-mana. Niatnya hanya satu, membuat semua cowok bertekuk lutut di bawah kakinya, kemudian menendangnya jauh-jauh.

Raga Angkasa.

Cowok pendiam yang tidak pernah suka menjadi sorotan di sekolahnya. Lebih senang menyendiri di taman belakang jika teman-teman futsalnya sedang sibuk merokok di kantin. Ia hanya punya satu tujuan, menjauh dari cewek bermasalah manapun hingga lulus nanti.

Metta merasa menemukan mainan baru dalam penolakan Raga. Jika cowok itu menyebut dirinya adalah sumber masalah, maka dengan senang hati ia bersedia membuktikan seberapa besar masalah yang bisa ia berikan.

***

Sebelum saya mereview, saya ingin berbagi sedikit cerita pada kalian. Jadi, awal mula membaca cerita ini dari wattpad yang direkomendasikan oleh teman saya, dengan mengirimkan link via whatsapp. Kemudian saya klik link tersebut, dan saya add to library.

Cerita ini sangat menarik hati para pembaca. Si penulis mampu menerbangkan, menjatuhkan, bahkan menjungkir-balikkan perasaan pembaca. Kisah Raga dan Metta yang sweet dan romantic membuat pembaca bawa perasaan (baper).

Saya pribadi mengikuti ceritanya di wattpad sampai akhir. Meskipun ending cerita di wattpad masih menggantung, saya sabar menunggu siapa tau ada extra chapter versi Ametta Rinjani. Hingga akhirnya, Kak Fara (penulis SIN) memberitahukan jika SIN akan naik cetak. Merasa kepo dengan endingnya, saya pun memburu Raga di Gramedia terdekat, dan akhirnya dapat.

Okay, simak review-an dari saya.

Keep enjoy and happy reading, guys!

***

Metta membuat keributan di lorong sekolah yang berhasil menarik perhatian. Bagaimana tidak, seorang cowok tengah berlutut di bawah kaki Metta. Ia tidak terima atas pernyataan putus yang telah dilayangkan oleh Metta. Kejadian tersebut menarik perhatian Kevin, sahabat Raga. Ia mengajak Raga untuk melihat aksi Metta, yang berakhir dengan penolakan.

Dari awal, Raga sudah tidak menyukai Metta. Apapun yang berbau dengan Metta, ia bersumpah tidak akan sudi untuk mencampuri karena masa depannya tertata rapi dengan syarat menjauhi cewek bermasalah, seperti Metta. Namun, pada suatu malam, Raga tidak bisa membuat pilihan untuk tidak mencampuri urusan Metta. Menyelamatkan hidup Metta dari bencana yang dibuat oleh mantan Metta, bernama Rio. Dan dari situlah, ketenangan hidup Raga mulai terusik dengan kehadiran cewek bermasalah.

Metta menyadari bahwa setiap bentuk penolakan dari Raga merupakan sebuah tantangan baru baginya. Cowok itu seperti memiliki sebuah spanduk di atas kepalanya yang menentang Metta mendekat. Bukan Metta namanya, jika ia tidak bisa menghancurkan spanduk itu dan membuat Raga mendekat kepadanya.

Ia sangat percaya diri mengatakan bahkan berani taruhan pada kedua sahabatnya, yaitu Lala dan Stephani jika Raga akan segera berlutut padanya. Metta berpikir bahwa Raga sama brengseknya dengan cowok-cowok lainnya. Lala yang lebih memahami situasi tersebut mengatakan bahwa Raga bukanlah cowok seperti yang Metta pikirkan.


“Ati-ati kalo lo lagi main perasaan. Saat lo udah main hati, lo cuma punya dua pilihan. Nyerahin hati lo sepenuhnya buat disakitin atau menangin hatinya buat lo kuasain.” [page 58]


Kekosongan hati Metta membuatnya merasa kesepian. Demi membunuh perasaan tersebut, ia rela menghabiskan malamnya untuk clubbing yang sudah menjadi kebiasaannya sebelum mengenal Raga. Ya, kehadiran Raga dalam hidupnya, mampu mengusir kekosongan di hati Metta. Memberi warna baru dalam hidupnya yang kelabu. 


To be honest, being lonely is the scariest thing in my life until you came along.” [page 131]


Awalnya, kehadiran Metta merupakan sebuah masalah bagi Raga. Ia selalu menolak Metta untuk mendekat. Namun, perlahan pintu hatinya terbuka. Spanduk yang berisi penolakan terhadap Metta -si cewek bermasalah- yang terpasang di atas kepalanya perlahan hancur. Raga mempersilahkan Metta untuk memasuki dunianya dan mengisi hatinya.


“... tapi sekarang, gue bakal ngizinin lo masuk ke hidup gue. Tapi sebelum itu, satu hal yang perlu lo tau. Gue gak punya jalan keluar. Sekali lo masuk, gue gak akan biarin lo pergi.” [page 210]


Hari demi hari telah mereka lewati dengan menyandang status berpacaran. Tidak ada movie date atau apapun yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka hanya melakukan hal-hal kecil yang sewajarnya, tapi anehnya mampu membuat pembaca hilang kesadaran jika masih hidup di dunia nyata. Pengolahan katanya membuat kupu-kupu menari-nari di hati para pembaca.

Hingga pada suatu hari, hubungan keduanya dipaksa untuk berhenti karena sebuah alasan yang cukup kuat dan menimbulkan dosa jika ditentang. Raga mengakhiri hubungannya dengan Metta. Jika di awal Metta dengan percaya diri mengatakan bahwa Raga akan berlutut padanya, maka ia salah besar. Dan boom! Dunia terbalik. Bukan Raga yang berlutut pada Metta, melainkan Metta-lah yang berlutut pada Raga.


“Aku pernah membuat duniaku berporos pada satu titik bernama kamu. Lalu, kamu memutuskan pergi. Duniaku berhenti.” [Page 321]


Raga mengatakan bahwa ia hanya main-main dengan hubungan tersebut. Namun, Metta yakin jika Raga bukanlah seperti cowok kebanyakan. Raga dengan lancar menyebutkan bahwa di antara mereka sudah tidak ada hubungan apapun. Hal tersebut sukses menohok hati Metta. Apalagi, penampilan Raga yang terlihat baik-baik saja, sangat berbanding terbalik dengan dirinya.

Penyebab berakhirnya hubungan Raga dan Metta adalah Surya, ayah kandung Raga. Ia menceritakan sebuah fakta mengejutkan yang membuat Raga menjadi sosok jahat di mata Metta. Namun, muncul keraguan dalam hati Raga mengenai apa yang dikatakan oleh Surya. Jika merebut Metta disebut sebagai dosa, dengan senang hati Raga mengatakan bahwa dosanya terlalu indah.

Pada akhirnya, Tuhan bersedia membantu Raga dalam memantapkan hatinya. Ia menemukan fakta baru yang tidak diketahui oleh ayahnya. Fakta yang berhasil menuntunnya kembali pada pemilik hatinya.


God hates the sin, not the sinner.” [page 366]


***

Saya menyukai penyajian alur ceritanya yang sangat tidak terduga, khususnya pada bagian mendekati ending. Konflik yang diangkat oleh penulis tidak terlalu berat. Gaya penulisannya tidak terlalu baku, dan terkesan santai, sehingga mudah dimengerti. Quotes-quotes yang disajikan di awal setiap bab-nya terkesan sangat kuat dan mewakili isi cerita.

Di samping itu, ada beberapa hal yang kurang berkenan menurut saya. Misalnya, masih ada some typos, tapi it’s okay lah, manusia tidak luput dari kesalahan. Ilustrasi cover-nya kurang pas meskipun didominasi warna pink -warna favorit saya-, dan cenderung ke genre romance. Selain itu, ada beberapa kata maupun kalimat di novel ini yang tidak boleh dibaca oleh anak di bawah umur.

Over all, saya menyukai cerita ini. Saya memberikan rate 4 bintang untuk “dosa” yang ditulis oleh Kak Fara.

So, is it an amazing story, and you must read it. Thank you.

“Aku menemukan cara untuk bahagia. Buktinya? Ya, kamu.” [page 396]



Continue reading REVIEW + RESENSI NOVEL "SIN" by Faradita [Batas Haram Raga Angkasa]