,

REVIEW + RESENSI NOVEL "SYNC" by Jysa [You're the Cause of My Euphoria]




Judul : SYNC
Penulis : Jysa
Penerbit : Romancious
Genre : Fiksi Penggemar
Halaman : 352 halaman
Ukuran buku : 13x19 cm
Tahun terbit : 2018
ISBN : 978-602-5406-55-3
Harga : Rp 81.000
Rate  : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

Jeon, seorang idol yang juga mendedikasikan hidupnya untuk game. Dia merangkap sebagai penjahat hati para idol perempuan. Silih berganti mereka mendekati, Jeon akan menolak mentah-mentah. Baginya, cinta itu hanya untuk game.


Haru, seorang rookie yang tanpa malu selalu mendekati Jeon. Hatinya bermental baja menghadapi setiap penolakan pedas Jeon.


Namun, siapa yang sangka, Haru adalah Imera, seseorang yang sangat Jeon a.k.a Seagull perjuangkan untuk menjadi tim tetapnya dalam game Overwatch.


In real life, Haru loves Jeon. But, in virtual world, Seagull loves Imera.


***


BANGTAN IN YOUR AREA!
JEON IS THE CAUSE OF MY EUPHORIA~

Apalagi ya, slogan yang pas buat ngawali novel ini? wkwk.

Okay, sebelum masuk ke bagian review,  saya mau cuap-cuap sebentar nih seputar SYNC. Jadi, SYNC ini adalah novel pertama dengan genre fanfiction yang saya beli. Serius, selama saya hidup dan mengenal dunia aksara, saya selalu beli teenfiction. Tapi, entah mengapa untuk pertama kalinya, saya malah kepincut sama novel fanfiction ini. Mungkin karena cover-nya bergambar si suami virtual saya kali ya wkwk *jangan gampar mbaknya please, wahai readers yang merangkap jadi ARMY.

SYNC ini sendiri merupakan fanfiction dengan tokoh utama center BTS, boyband kondang yang sekarang namanya lagi melejit di dunia setelah berhasil bawa pulang tropi dari Billboard selama dua tahun berturut-turut. Siapakah dia? Dia adalah Jeon Jungkook. Cowok berwajah imut yang entah kenapa keliatan gede dan doyan banget godain cewek-cewek lewat abs-nya ketika perform Fake Love. Oke, abaikan kalimat barusan.

Nah, jadi, ceritanya ini saya pertama kali tau tentang SYNC dari Instagram, guys. Nggak tau, kayanya waktu itu lagi kepoin explore, terus nemuin ini. Karena lihat cover-nya Jungkook dan kebetulan lagi hari pertama pre-order dibuka, langsung aja deh saya ikutin rules-nya dan check out. Butuh waktu sekitar sebulan lebih untuk bisa memeluk Jungkook di kamar. Jangan tanya alasannya kenapa, karena sudah pasti itu salah satu resiko untuk yang ikutan PO alias pre-order.

Kenapa ikut pre-order? Kenapa nggak langsung beli di toko buku? Ada banyak alasan sih sebenernya. Pertama, harga PO jauh lebih murah (*ya, maklumlah pelajar wkwk), ditambah lagi dengan bonus berlimpah. Untuk bonusnya, saya dapet selembar poster Jungkook ukuran besar, 4 buah photocard Jungkook -yang dijadiin satu lembar, kayak dikasih grid gitu- yang gambarnya pas doi lagi ganteng-gemesin wkwk, pin karaker BT21 Cooky warna pink yang lucu banget, dan tanda tangan Jysa unnie selaku penulis yang nggak tau kenapa udah mirip ulzzang Korea. Nggak percaya? Kepoin aja akun Instagramnya (@jysaaa).

Saya rasa, cukup sekian aja bacotannya wkwk. Karena kalo sudah nge-bahas Jungkook, BTS, dan apapun yang menarik jiwa saya untuk ber-fangirl ria nggak bakalan ada habisnya. Seriusan loh ini wkwk.

Okay, kita sudahi semua. Simak ulasan lengkapnya.

Mari sama-sama kita ‘melucuti’ Jungkook HOHO.


***


Cerita dibuka dengan perhitungan skor antara dua idol yang masuk sebagai kandidat di acara musik. Di layar, ada dua sisi yang menampilkan skor dan wajah mereka masing-masing. Satu sisi menampilkan tujuh laki-laki tampan berpostur tegap yang sedang menatap kamera dengan wajah tegang. Mereka adalah Bangtan. Di satu sisi lainnya, berdiri solois cantik yang dijuluki rookie monster* bernama Yoon Haru.

Note :
* Rookie monster adalah istilah dalam industri musik Korea, yang berarti artis atau idol pendatang baru di industri hiburan yang dianggap sangat berpengaruh terhadap publik.


Tidak perlu ditanya siapa pemenangnya. Yang pasti, setelah pembawa acara menyebutkan pemenangnya, terdengar riuh para penggemar wanita (fangirl). Yap! The winner is Bangtan. Yoon Haru, yang biasa dipanggil Haru itu seakan sudah bisa memprediksi siapa pemenangnya. Dari sana, untuk pertama kalinya Haru melihat secara langsung member Bangtan. Dan saat itulah, ia tertarik pada lelaki berwajah menawan dengan postur tubuh sempurna. Pas sekali untuk masuk dalam kriteria “most wanted boy”. Dia adalah Jeon. Pria yang menempati posisi center di Bangtan.


Ketika di backstage, Haru bertemu dengan Eunseo, anggota girl group yang notabene adalah teman sekolah sekaligus teman sekelas Jeon. Ia bertanya-tanya mengenai Jeon pada Eunseo. Eunseo yang ditanyai seperti itu, menebak jika Haru tertarik kepada Jeon. Kemudian, Eunseo menjelaskan pada Haru agar lebih baik eonni*-nya itu menjauhi Jeon agar tidak merasakan sakit hati. Wow, apa yang sebenarnya dikatakan Eunseo kepada Haru? Mengapa Eunseo berkata demikian?

Note :
* Eonni, berasal dari bahasa Korea, yang artinya panggilan perempuan kepada perempuan yang lebih tua/ adik perempuan kepada kakak perempuan.



“Kadang aku berpikir, apakah dia sebenarnya gay?” [page 9]



Di tengah perbincangan antara Haru dengan Eunseo, muncul tujuh orang laki-laki yang diketahui adalah para member Bangtan dan dua orang manager mereka. Mata Haru tertuju pada sasarannya, yaitu Jeon, yang berjalan dengan kedua tangan dimasukkan dalam saku celana. Dengan suara lantang, Haru memanggil nama Jeon. Seketika, kumpulan laki-laki itu berhenti dan menoleh ke arah Haru.


Jeon sebenarnya malas jika harus berurusan dengan idol perempuan. Namun, karena hari itu adalah hari baik baginya, dan ia tidak ingin menghancurkannya dengan bersikap rude pada orang asing. Ia pun bertanya, memastikan apakah mereka berdua saling kenal atau tidak, yang langsung dijawab cepat oleh Haru dengan kata “tidak”. Setelah mendengar kata “tidak” keluar dari mulut Haru, Jeon lantas pergi diikuti dengan para member yang lain beserta dua managernya. Untuk kali pertama, Haru merasakan sensasi lain. Adrenalinnya berpacu dan semangatnya menggebu. Ia menyukai tantangan.


Malam hari, di dorm*, Jeon berniat untuk melepas penat setelah seharian sibuk dengan schedule-nya. Bukan untuk istirahat, melainkan bermain game Overwatch* kesukaannya. Di dalam game itu, ia menggunakan Widowmaker, hero kesukaannya yang memiliki peran defense.

Note :
* Dorm, berarti sebuah asrama yang ditujukan untuk sekelompok orang.
* Overwatch adalah game tim melawan tim, di mana satu tim terdiri atas enam orang. Anggota tim terpilih secara random, kecuali jika pemain telah merekrut anggota untuk menjadi tim tetap.


Mengenai pemilihan dan perekrutan anggota tim tetap, Jeon sebenarnya telah mencari sejak lama, tetapi ia belum menemukan lima pemain yang benar-benar ahli untuk dijadikan partner setim-nya.


Setelah permainan dimulai, Jeon dengan lihai menggerakkan jemarinya diatas keyboard. Tidak butuh waktu lama, sekitar kurang lebih 4 menit, muncul tulisan “VICTORY!” yang berarti kemenangan ada pada timnya. Jeon dilanda keheranan. Pasalnya, ia tidak pernah bermain secepat itu dan ia merasa bahwa hero-nya belum membunuh banyak musuh.


Kemudian, muncul voting untuk pemilihan MVP, dan ia merinding ketika melihat username ImΓ©ra dengan 59% kill participation. Artinya, 59% pembunuhan musuh dalam tim yang beranggotakan 6 orang itu didominasi oleh ImΓ©ra. Dan sejak saat itulah, Jeon memutuskan untuk memasukkan ImΓ©ra ke dalam friendlist-nya.



He will make such a great team so nobody can win against them.” [page 15]



Jiwa Haru belum sepenuhnya jinak untuk bersikap biasa saja terhadap Jeon. Hingga akhirnya, ia meminta tolong pada manager-nya untuk mencarikan kontak Jeon. Bukan hal yang sulit untuk mengabulkan permintaan itu, karena Manager Lee (manager Haru) dan manager Bangtan saling kenal.


Sebagai pelampiasan atas rasa ingin tahunya terhadap Jeon, Haru menghidupkan komputernya dan kemudian melakukan pekerjaan berat. Yup! Bermain Overwatch. Setelah log in, tanpa disangka ia mendapat undangan “party” untuk dimasukkan ke dalam tim yang sama oleh username bernama Seagull. Tanpa berpikir panjang, Haru meng-accept undangan itu dan selang beberapa detik kemudian ia mendapat pesan dari Seagull.



And the real game starts here.” [page 26]



Saat di wardrobe room sebuah acara musik, Manager Lee mengatakan bahwa ia telah mendapatkan kontak Jeon. Kemudian, ia segera memberikannya kepada Haru. Dengan hati yang berbunga-bunga, Haru menerimanya dan mengatakan terima kasih yang tak terhingga kepada Manager Lee. Belum sempat ia mengirim pesan pada Jeon, suara Manager Lee menginterupsi indera pendengarannya, menyuruhnya untuk segera naik ke atas panggung acara musik karena pengumuman pemenang akan segera dimulai.
Setelah pengumuman pemenang, Haru dengan tekad yang sudah bulat, menghampiri ruangan Bangtan, menunggu penghuninya datang. Ya, memang saat itu, ia dan Bangtan ada di acara musik yang sama. Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari penghuni ruangan itu. Manager Sejin (manager Bangtan) mengernyit bingung atas keberadaan Haru, begitu juga dengan member yang lain. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena mereka memutuskan untuk masuk ke dalam.


Ketika Jeon melangkah, dengan sigap Haru menghadang jalannya dengan berdiri di depan pintu. Mereka saling tatap hingga Haru mendekatkan ponselnya ke telinga. Jeon tidak mengerti apa yang dilakukan gadis di depannya itu, tidak sampai ia merasakan getaran pada ponselnya.



“Sekarang kau tidak bisa mengabaikanku, Jeon. We are connected now,” [Page 35]



Satu-satunya hal yang ada di pikiran Jeon kali ini adalah bagaimana cara menyingkirkan Haru dari hidupnya. Ia tidak punya waktu untuk meladeni semua perempuan yang berusaha mendekatinya. Semua itu hanya buang-buang waktu dan tidak ada gunanya.



“Seperti sebelum-sebelumnya, aku akan membuatnya menyerah dan tidak berani menatapku lagi.” [page 41]



Sama dengan malam-malam sebelumnya, Jeon selalu menyempatkan diri untuk duduk tegap menghadap ke layar komputer, bermain Overwatch. Dan seperti sebelum-sebelumnya pula, sama seperti Jeon, Haru juga aktif bermain Overwatch di malam hari, sehingga keduanya berada dalam satu tim. Dengan cekatan, ia mengirimkan pesan pada Imera, dan berujung pada layar komputer yang menampilkan top player. Matanya membelalak ketika nama Imera berada di top 100, tepatnya di urutan 38. Partner detected!


Esok harinya, Jeon benar-benar terkejut dengan fakta dan kenyataan bahwa ia akan berkolaborasi dengan Haru. Namun, kegilaan itu tidak berhenti sampai disitu saja, mengingat bahwa ia dan Haru harus menampilkan tarian untuk lagu Trouble Maker yang dikenal dengan gerakan-gerakan sensual, yang suatu saat bisa saja membuat khilaf. Jeon yang hilang kendali itu pun langsung menghubungi Haru dan memarahinya. Haru yang tidak tahu apapun menyangkal semua tuduhan yang dilayangkan oleh Jeon padanya.



But actually, the person who chose that song is a genius.” [page 80]



Seusai memaki Haru lewat telepon, Jeon sangat frustasi. Namjoon yang melihat raut wajah kusut sang maknae pun menghampiri. Jeon pun tidak enggan untuk menceritakan mengenai kolaborasinya dengan Haru itu. Tanpa Jeon duga, Namjoon malah memberikan dukungan kepadanya. Menurut Namjoon, pertanda bagus bahwa maknae* grupnya itu bisa dekat dengan seorang perempuan.


Note :
* Maknae, berarti sebutan anggota termuda dalam sebuah grup (boygroup/ girlgroup/ band)



“Kalau begitu, aku ubah konsepnya. Kau  juga bisa dekat dengannya dalam arti lain. Maksudku, kau juga harus menambah teman.” [page 84]



Meski enggan dan berat untuk dilakukan, kolaborasi antara Jeon dan Haru bukanlah wacana belaka. Keduanya mulai melakukan latihan bersama dengan bantuan seorang koreografer. Hari demi hari, chemistry mereka berhasil dibangun dan saat itu juga, Jeon mulai terbiasa untuk memahami serta berbuat baik pada Haru. Tanpa disadari, keduanya mulai... eum, nyaman.


Sebenarnya, kolaborasi yang harus dilakukan Haru bukan hanya bersama dengan Jeon. Ada lagi seseorang yang harus ia jadikan sebagai partner untuk project selanjutnya. Jeon dan Haru berkolaborasi dalam hal dance untuk special stage. Sedangkan, ‘seseorang’ itu bersama dengan Haru berkolaborasi dalam hal vokal dan keduanya juga harus menjalani syuting untuk keperluan music video. Seseorang itu adalah Kwon Hyuk, yang tidak lain adalah mantan kekasih Haru.


Jika berkolaborasi dengan Jeon adalah sebuah anugerah bagi Haru, maka berkolaborasi dengan Kwon Hyuk adalah sebuah petaka baginya. Seandainya bisa, ia akan menolak untuk melakukan kolaborasi bersama dengan Kwon Hyuk. Ia tidak ingin terus-menerus mengingat Kwon Hyuk. Ia tidak ingin mengingat kembali luka masa lalu akibat ulah mantan kekasihya itu. Ia tidak ingin menyakiti hatinya lagi. Ia ingin kembali membuka hati untuk seseorang yang kemungkinan sudah masuk dalam daftar orang yang ia cintai.


Ada apa dengan Kwon Hyuk? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Haru begitu gencar menghindari bahkan membenci Kwon Hyuk padahal mereka pernah bersama dan saling cinta? Apakah ada pihak ketiga? Lalu, apa peran Jeon dalam hidup Haru? Siapa orang yang dicintai Haru? Temukan jawabannya di novel.


Hubungan Haru dan Jeon bisa dibilang mulai membaik. Jeon sudah terbiasa dengan kehadiran Haru dan itu membuatnya sedikit... errr terhibur. Sikap Jeon yang mulai berubah membuat Haru senang bukan main. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena secara tidak sengaja, Jeon melukai dan menyakiti perasaan Haru melalui ucapannya. Hal itu membuat Haru marah sekaligus kecewa kepadanya. Bahkan, Haru tidak menghadiri latihan padahal deadline special stage-nya sudah dekat.


Ketika Jeon mencoba menghubungi, Haru akan mematikan sambungannya. Ketika bertemu, Haru akan mendiamkan Jeon. Ketika mereka tak sengaja saling bertatap muka, maka Haru adalah orang pertama yang memutus kontak mata. Ketika Jeon berbicara, Haru akan mengabaikannya. Haru berubah dan Jeon tidak suka itu.



“Kenapa kau mengabaikanku terus?” [page 168]



Disela-sela jadwal padatnya, ternyata Haru diundang untuk menghadiri sebuah turnamen bernama Overwatch BJ League yang para pesertanya adalah pro players se-Korea Selatan. Kehadiran Haru cukup membuat semua orang yang hadir disana terkejut. Pasalnya, mayoritas hadirin dan juga pemain disana adalah lelaki. Namun, ada yang lebih mengejutkan bagi Haru, yaitu tepat di hadapannya, ada sosok yang selama ini mengganggu pikiran dan hatinya. Siapa dia?



“Di siang hari, aku bertemu denganmu. Dan di malam hari, aku bertemu lagi denganmu.” [page 198]



Masih ingatkah kalian dengan Kwon Hyuk? Ya, partner Haru dalam project terbarunya. Saat itu, tibalah waktu syuting music video (MV) yang mengharuskan keduanya untuk beradegan mesra. Kwon Hyuk sangat menantikan itu. Namun, berbeda dengan Haru yang tampak khawatir apalagi ia mendengar dari manager-nya bahwa ada seseorang yang datang. Dan seseorang itu, mampu mengalihkan fokus Haru. Detik itu juga, dunia Haru berporos pada satu titik, yaitu seseorang itu. Siapa dia? Mari ditebak, kalo kalian nggak mau menebak, bisa beli novelnya di toko buku langganan kalian.



“Tenang saja. Jika ada sembilan puluh sembilan orang yang tidak percaya denganmu, aku akan menjadi satu orang yang akan membela dan berada di sisimu.” [page 225]



Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Mungkin itulah yang mampu menggambarkan alur hidup Haru. Sehari ia merasa bahwa Jeon, lelaki incarannya telah memberi lampu hijau. Disaat itu pula, ada seseorang yang dengan seenaknya merusak dan berniat menghancurkan hidup Haru. Ia tidak rela jika Haru menjalin hubungan dengan Jeon, sampai-sampai ia menculik Haru. Siapakah orang itu? Apakah dia orang sama dengan seseorang yang mengejutkan Haru di turnamen Overwatch?


Setelah insiden penculikan itu, hubungan Haru dan Jeon semakin dekat. Namun, bukankah dua insan yang saling cinta memang harus siap untuk diuji? Ya, hubungan Haru dan Jeon tidak semulus jalan tol yang baru dibangun. Ada banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Lalu, mampukah keduanya bekerja sama untuk menyelesaikan masalah tersebut? Dapatkah mereka berjalan beriringan sesuai dengan yang direncanakan? Dapatkah mereka saling menyeimbangkan kala pikiran tak lagi menyehatkan?


Mohon maaf sebesar-besarnya, saya tidak bisa menuliskan secara detail untuk bagian mendekati ending dan masalah yang disebutkan di atas, karena jika saya jabarkan akan menjadi spoiler. Jadi, buat kalian yang kepo tingkat dewa, silahkan beli novel cetaknya di toko buku offline ataupun online langganan kalian untuk mengetahui isi cerita yang lebih jelas dan bikin dugeun-dugeun.



“Bagaimana jika kau menyukai orang lain saat aku tidak ada? Sementara aku juga tidak memiliki jaminan apa-apa bahwa kau milikku.” [page 323]



***


Annyeong~ emang bener ternyata, kalo saya sudah bahas yang berbau oppa, dapat dipastikan unlimited alias tak terbatas. HAHA! Contohnya ya, novel SYNC karya Jysa unnie ini memiliki ketebalan 352 halaman. Nggak terlalu tipis, juga nggak terlalu tebel, ya pas lah. Harusnya paling tidak, cukup 2200-an words termasuk penilaian keunggulan dan kelemahannya. Mengingat, review SIN karya mba Faradita (yang punya ketebalan 400+ halaman) hanya sebanyak 1500-an words termasuk keunggulan dan kelemahannya. Sorry, jiwa fangirl saya mendadak hidup kembali.


Jadi, jangan salahkan saya, kalau postingan berbau Marjuki atau Jeykey alias si golden maknae a.k.a Jeon Jungkook ini sepanjang jalan kenangan ya, karena seperti yang sudah disebut diawal, Jeon Jungkook ini adalah suami saya *eh salah, bias saya. HAHAH.


Okay, cukup segitu aja berbacotnya. Mari kita bahas keunggulan dan kelemahan dari novel fanfiction pertama yang saya miliki ini.

Keunggulan :
  • Visual dari tokoh utama namja (laki-lakinya) adalah bias saya, Jeon Jungkook. Yup! Ini alasan saya beli novel ini wkwk, sekaligus keunggulan *menurut saya.
  • Cover-nya dominan dengan warna ungu disertai penampakan(?) Jeon Jungkook dan seorang wanita -yang tak lain dan tak bukan adalah Haru- sebagai center of interest-nya. Fyi, ungu adalah warna favorit saya urutan kelima setelah maroon, dusty pink, hitam, dan abu-abu.
  • Tagline “Love is a game. You must win or you become the game itself entah mengapa mampu menarik perhatian saya pada pandangan pertama. Menurut saya, tagline ini secara garis besar bisa menggambarkan maksud dari isi cerita.
  • Bahasanya ringan dan mudah dipahami. Itu menurut saya pribadi yaa. Secara kan saya adalah Kpopers. Jadi, ya tau lah maksud dan istilah-istilah Korea di dalamnya. Entah itu kata yang digunakan dalam percakapan, atau istilah lain di dunia musik. Meskipun begitu, bagi kalian yang masih newbie jadi Kpopers atau bahkan tidak tahu menahu tentang dunia Kpop, kalian nggak perlu khawatir tidak bisa mengerti maksud bahasanya, karena di novel ini sudah disediakan catatan kaki untuk menerjemahkan istilah-istilah berbau Korea.
  • Gaya penulisan yang disajikan oleh penulis mampu menghidupkan cerita. Jadi, feel-nya terasa banget. Saking terasanya, kalian bisa senyum, kesel, baper, jatuh cinta lagi, nangis, dan lainnya at the same time.
  • Alurnya jelas dan nggak belibet kayak benang layangan.
  • Konfliknya termasuk ringan, menurut saya, nggak tau kalo menurut kalian. Jadi, karena termasuk berkonflik ringan, ini sangat direkomendasikan buat kalian yang nggak doyan baca novel dengan konflik memusingkan.

Kelemahan :
  • Masih ada some typos, seperti responss (page 40) yang seharusnya ditulis respons, kakakkandungku (page 132) yang seharusnya ditulis kakak kandungku, dan beberapa lainnya. But, it’s okay, manusia tak luput dari kesalahan kan? Selagi itu nggak menganggu proses baca kalian, nggak masalah.

Okay, menurut saya itu aja sih yang bisa dituliskan dalam poin keunggulan dan kelemahan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam menilai.


Over all, bintang 4 kayaknya pas untuk karya Jysa unnie ini. Penilaian bersifat objektif dan SAMA SEKALI tidak memiliki niatan untuk menjatuhkan atau membandingkan penulis.


Terima kasih sudah membaca.


Silahkan tinggalkan jejak dengan membubuhkan komentar sebagai penyemangat saya untuk terus menuliskan review.


⚠ JANGAN LUPA STREAMING MV BTS – IDOL YAA. BUT, KALO SUDAH STREAMING MV  IDOL, LANJUT STREAMING MV BTS YANG LAIN YAA HEHE ⚠



“Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang kau pikirkan,satu-satunya penyebab senyummu terukir, satu-satunya orang yang menjadi tempatmu bersandar. Aku menginginkanmu.” [page 324]



⚠ BONUS ⚠


Continue reading REVIEW + RESENSI NOVEL "SYNC" by Jysa [You're the Cause of My Euphoria]
,

REVIEW + RESENSI NOVEL "HELLO SALMA" by Erisca Febriani [Bukan Sekedar Cinta Monyet]




Judul : Hello, Salma
Penulis : Erisca Febriani
Penerbit : Coconut Books
Genre : Fiksi Remaja
Halaman : 384 halaman
Tahun terbit : 2018
ISBN : 978-602-5508-23-3
Harga : Rp 95.000
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

“Kata ‘putus’ sedemikian gampangnya keluar dari mulut kamu? Emang saya yang terus berjuang, tapi yang diperjuangin juga jangan seenaknya.” Itu kalimat terakhir yang keluar dari bibir Nathan setelah tahu Salma dengan mudah memutuskan hubungan mereka. Merasa kalau perjuangan cintanya tidak dihargai Salma, Nathan memilih pergi dan pindah ke sekolah baru karena sebuah masalah.

Kehidupan Salma sepeninggal Nathan pun terasa membosankan dan melelahkan, apalagi orangtuanya menuntut dia untuk selalu belajar agar masuk fakultas kedokteran seperti yang diinginkan ayahnya.

Sementara itu, di sekolah baru, Nathan bertemu dengan seorang gadis tertutup korban perundungan akibat status-status menyedihkan yang ditulisnya di media sosial. Rebecca, gadis itu mengingatkannya pada ibunya. Dia bertekad menyelamatkan gadis itu dari keterpurukan.

Bagaimana kisah Salma dan Nathan selanjutnya? Apakah takdir akan menggariskan tangan mereka kembali bertautan atau justru berbalik arah?


***


Halo, mbak author kembali menyapa dengan membawa segudang kebahagiaan wkwk.

Kali ini, saya mau kupas lengkap tanpa sisa novel best seller karya Erisca Febriani yang merupakan sequel dari Dear, Nathan. Apakah itu? Yup! Hello, Salma.

Sebelum menginjak bagian review, saya mau ngucapin terima kasih kepada salah satu online book store di Instagram (@pokenbooks) yang sudah ngirim paket novel ini ke rumah. Readers ku tercinta, bisa ubek-ubek akun Instagram @pokenbooks (tanpa tanda ‘@’) kalau pengen banget beli novel fisik yang original. Dijamin puas, karena packaging-nya rapi banget, dibungkus kertas kado, jadi udah kek kiriman gift dari si doi wkwk.

By the way, Hello Salma ini sudah dijadiin film. Gimana? Kalian sudah nonton belum? Kalo saya, jujur, belum nonton. Sebenernya, sudah ada niatan buat nonton, tapi nggak ada waktu luang (*sesibuk itukah saya? wkwk). Eh, pas sudah ada waktu luang, malah film-nya sudah nggak ada di bioskop. Kan jadi kesel dan ingin mengumpat, tapi ngak tau ke siapa:(

Okay, sebenernya, review Hello, Salma ini niatnya di-publish sebelum film-nya tayang. Tapi, karena ke-mager-an yang hakiki, baru bisa publish sekarang, dan tentunya setelah film-nya tayang. Astagaaaaa, maafkan saya yang nggak sesuai jadwal update dan tukang PHP ini, wahai para readers yang budiman (*heh, tapi yang penting ini udah publish kan? meskipun barusan. Jadi, cabut kata tukang PHP itu ya, haha)

Saya kira, cukup sekian basa-basi dan curhatnya.

Mari mulai review-nya.

Selamat membaca.


***


Cerita dibuka dengan ilustrasi visual dari dua tokoh utama, yaitu Nathan dan Salma. Sengaja nggak saya foto, biar kalian penasaran. Silahkan beli di toko buku offline maupun online untuk lebih jelasnya ya.

Kemudian dilanjut dengan adegan percekcokan antara Nathan dengan Dimas -anak kelas 11- di kantin belakang sekolah. Dimas yang lebih dulu memancing emosi Nathan dengan membawa-bawa nama Salma. Nathan yang tidak terima, lantas dengan gagahnya berdiri dan meninju Dimas habis-habisan.

Kejadian di kantin belakang sekolah menjadi viral dan Nathan harus menghadap Kepala Sekolah dengan ditemani beberapa temannya, Ayahnya, Ibu Dimas, serta Dimas sebagai saksi. Ibu Dimas menuntut Nathan untuk bertanggung jawab atas luka lebam yang ada di wajah anaknya. Ia juga hendak melaporkan Nathan ke pihak berwajib tatkala Nathan tidak ingin meminta maaf. Ayah Nathan yang hendak meminta maaf pun dilarang olehnya. Bagi Nathan, kejadian ini bukanlah salah dirinya. Ia tidak akan menghabisi Dimas jika ia tidak mencari gara-gara duluan dengannya.

Memangnya, apa sih yang dilakuin Dimas sampai Nathan tega membuat banyak jejak kebiruan di wajahnya? Apakah karena ada sangkut-pautnya dengan Salma? Yuk, baca novel fisiknya.


“Saya akan minta maaf kalau memang saya yang bersalah, tapi posisinya di sini dia yang salah. Saya lebih memilih pindah sekolah daripada minta maaf sama Dimas.” ... “Saya bersedia pindah, kalau itu memang keputusan finalnya,” [page 15]


Berita mengenai ulah Nathan akhirnya sampai ke telinga Salma. Bukan dari Nathan yang bercerita, melainkan Afifah -teman Salma yang doyan gosip dan sekelas dengan Nathan-. Entah apa yang ada di pikiran Salma saat itu, yang pasti dia menyalahkan dan serta merta mengungkit masa lalu Nathan atas kejadian itu. Hal tersebut sukses menohok hati Nathan, luka lamanya kembali terbuka, dan penyebabnya kali ini adalah Salma.


“Iya! Saya yang salah, saya emang selalu salah. Dari dulu selalu gitu, kamu nggak pernah mau dengerin saya. Kamu selalu menyimpulkan semuanya sendirian.” ... “Yang namanya pacaran itu harus saling ngerti satu sama lain, jangan egois.” [page 31]


Seperti dihujani oleh bom atom, perkataan Nathan tersebut nyatanya malah mendapat respon tak mengenakkan dari Salma. Salma ingin mengakhiri hubungannya dengan Nathan. Nathan sendiri kaget, dengan apa yang diucapkan oleh Salma. Jadi, readers ku tercinta, sebenarnya apa yang mendasari putusnya hubungan Nathan dan Salma ini? Benarkah hanya karena kejadian di sekolah yang menyangkut Nathan dan Dimas?


“Oke, kalau itu memang mau kamu. Saya nggak bisa maksa, daripada buat kamu nangis dan kecewa terus-terusan cuma karena satu cowok berengsek ini.” [page 32]


Salma bukanlah tipikal orang yang bisa menyembunyikan sebuah masalah. Bisa sih, tapi dia nggak sepintar dan se-ahli yang kalian kira. Akhirnya, Salma menceritakan masalahnya dengan Nathan kepada tiga orang sahabatnya, yaitu Rahma, Afifah, dan Meysha. Ketiga sahabatnya itupun berusaha menenangkan Salma. Mereka tidak ingin Salma terlalu memikirkan hal itu dan menyebabkan nilainya menurun.

Ternyata, Nathan merealisasikan ucapannya ketika di ruang Kepala Sekolah tempo hari. Ia memutuskan untuk pindah sekolah. Ia memilih SMA Taruna sebagai tujuannya. Tidak butuh waktu lama bagi Nathan untuk bisa beradaptasi dengan suasana baru disana. Sifatnya yang memang supel membuatnya langsung memiliki banyak teman.

Berbeda dengan Salma. Gadis pintar yang bawaannya selalu serius itu mulai merasakan ‘kehilangan’ atas kepergian Nathan dalam hidupnya. Nathan yang humoris, namun memiliki sisi romantis mampu membuat warna-warni hidup Salma. Itu dulu, sekarang sudah tidak lagi.

Mengingatnya, hati Salma seolah teriris. Hanya Nathan yang bisa membawanya jalan-jalan keliling kota ketika ia bosan dengan tumpukan soal-soal. Hanya Nathan yang bisa membuatnya tertawa dikala ia merasa tertekan akibat tuntutan dari ayahnya untuk selalu belajar. Kini, kehilangan Nathan membuat hidupnya gamang. Nathan yang menjadi rumah baginya ketika ia tersesat kini telah menghilang. Ya, Salma kehilangan rumahnya untuk pulang. Demi membunuh rasa bosan, kesepian dan kehilangannya itu, Salma memiliki cara lain, yaitu bermain-main dengan aksara.


“Menulis adalah caranya menuangkan emosi dan ekspresi. Dia bukan seseorang yang pintar dalam bersuara, maka tulisan adalah cara paling bijaksana menuangkan perasaan.” [page 52]


Tanpa Nathan, hidup Salma kelabu. Apalagi, ketika ayahnya meminta Salma agar mengundurkan diri dari anggota marching band karena dinilai kurang bermanfaat dan menggantinya dengan bimbel. Harapannya cukup klise, agar Salma bisa lolos SNMPTN UI Jurusan Kedokteran dan bisa menjadi dokter, seperti yang ayahnya inginkan. Sepulang sekolah, ia harus mengikuti bimbel. Belum lagi ketika di rumah, ia masih saja disuguhkan dengan tumpukan berbagai macam model soal-soal latihan, buku penunjang untuk pendalaman materi, dan lainnya yang berbau pelajaran.

Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, Salma ingin sekali berontak. Berontak dalam artian ia ingin mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ia tidak ingin terus-terusan dikekang. Ia ingin bebas. Bebas dalam menentukan masa depan dan mimpinya melalui bakat yang ia miliki, tanpa harus dikomando oleh kedua orangtuanya. Sayangnya, Salma adalah anak yang penurut. Ia tidak bisa membantah ucapan orangtuanya, meski ia ingin. Yang bisa ia lakukan adalah mengalah.


“Mengalah entah untuk kesekian juta kali, sekalipun hatinya patah, retak, dan terluka.” [page 117]


Kembali lagi ke Nathan. Nathan memanglah tipikal anak badung, yang seharusnya dihindari. Namun, dibalik sikapnya itu, ia adalah sosok yang bisa memotivasi dan membangkitkan semangat hidup ‘seseorang’. ‘Seseorang’ itu adalah Rebecca, korban bullying verbal di sekolah. Bukan tanpa alasan, ia di-bully karena dinilai sangat lebay karena status-status yang ditulisnya di sosial media. Hal tersebut membuatnya depresi dan seringkali mencoba untuk bunuh diri.

Bertemu dengan Rebecca membuat Nathan seperti melihat kilas balik ibunya. Oleh sebab itu, ia ingin membantu Rebecca melawan keterpurukannya. Awalnya, kehadiran Nathan ditolak mentah-mentah oleh Rebecca. Namun, karena merasa nyaman dan aman ketika bersama Nathan, Rebecca akhirnya berniat untuk bangkit.


... To you, the strongest people ever created. Just remember, you are loved.” [page 181]


Rebecca yang mulanya pemurung, sekarang menjadi sosok yang pintar dan aktif. Ia berhasil lolos SNMPTN di Universitas Negeri Jakarta, jurusan Ilmu Psikologi. Ia bahkan mendirikan sebuah komunitas bernama “Love Yourself” yang diperuntukkan untuk mereka-mereka yang mengalami depresi. Ngomongin soal SNMPTN, apakah Salma lolos?

Ok, lanjut ya. Komunitas Love Yourself itu ternyata menjadi media yang mempertemukan dua insan yang kisah cintanya belum terselesaikan. Siapa mereka? Yup, mereka adalah Nathan dan Salma.

Bukan hanya itu, komunitas cetusan Rebecca itu ternyata mempertemukan Nathan dengan sosok laki-laki bernama Ridho. Lebih tepatnya, Nathan mengira laki-laki itu adalah pacar Salma. Sebaliknya, Salma malah mengira jika Rebecca adalah pacar Nathan. Apakah ini hanya salah paham? Siapakah Ridho itu? Kok bisa sih, Nathan dan Salma ketemu di komunitas itu? Apakah mereka berdua merupakan anggota komunitas itu? Jika iya, apa yang menjadi alasan keduanya masuk ke komunitas itu? Benarkah mereka berdua depresi akibat berakhirnya hubungan yang telah dijalani? Apakah ada alasan lain?

Lalu, bagaimanakah hubungan Nathan-Salma? Masihkah Tuhan memberikan kesempatan keduanya untuk menyelesaikan hingga akhir? Bagaimana dengan sosok Rebecca dan Ridho? Apakah mereka berniat untuk menjadi penghalang hubungan Nathan-Salma? Bagaimana akhir dari semuanya? Happy atau sad ending? Simak kisah lengkapnya hanya di novel wkwk.


“Cerita mereka berdua akan ditulis ulang, dengan ending yang belum ditentukan ujungnya. Bisa jadi memang berjodoh, atau mungkin... dipisahkan di ujung jalan. Biar nanti Tuhan dan semesta yang menentukan.” [page 378]


***


WARBYASAH! Serius ini di luar dugaan banget. Kak Eris terdeteksi punya hobi baru. Ho’oh, hobinya doyan jungkir balik perasaan orang. Sebenernya sih ya, ini novel karya Kak Eris ketiga yang pernah saya baca.

By the way, ini kenapa jadi malah ngebacot ya? Harusnya kan udah mulai milah-milah keunggulan dan kelemahan novel, ye kan? Oke-oke, mohon bersabar. Saya jeda dengan “enter” dulu untuk paragraf baru.

Done.

Sekarang, saatnya mengisi kategori keunggulan dari novel ini ya, readers-ku tercinta. Apa saja keunggulan novel Hello, Salma ini? Jawabannya ada di bawah ini :


  • Cover-nya simple dengan nuansa putih-biru. Font judul juga pas benget, ditambah aksen pesawat kertas warna biru yang kalo menurut saya sih sebagai gambaran dari surat yang berisi celotehan Nathan.
  • Alur ceritanya jelas banget. Jadi, sekali baca langsung nyambung dan nggak perlu ngulang-ngulang biar ngerti.
  • Penggambaran tokoh-tokohnya juga seakan-akan mampu menghidupkan cerita, meskipun nggak di-deskripsikan secara detail.
  • Gaya bahasa dan penulisannya juga nggak kaku. Jadi, feel-nya dapet banget gitu. Apalagi yang pas bagian mewek-mewek, kalian bisa ngerasain tuh seakan-akan jadi pemerannya. Keren nggak tuh?
  • Konfliknya ringan, dan remaja banget. Jadi, nggak belibet buat diikutin dan nggak akan bikin ngantuk.
  • Ada banyak pesan-pesan tersirat dan tersurat di dalamnya, yang bisa dijadikan motivasi atau penyemangat dalam hidup kita di dunia nyata yang terkadang pahit ini.
  • Selain itu juga ada informasi penting yang sangat dibutuhkan oleh pelajar yang menempuh jenjang akhir SMA (Kelas 12), yaitu mengenai SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri.
  • Petikan-petikan yang ada dalam dialog dan juga narasinya mampu membuat pembaca terbawa perasaan. Ini direkomendasikan bagi kalian yang doyan banget snapping quotes-quotes. Singkat saja, ini itu quote-able banget.
  • Ada tambahan gambar ilustrasi dua tokoh utama di beberapa part khusus yang mendukung adegan di dalamnya. Sehingga nggak terkesan monoton karena melulu berisi rentetan aksara. Jadi, kalian bisa berimajinasi dan nggak akan bosen.

Pernah dengar pepatah “Sempurna hanya milik Tuhan”? Sepertinya pepatah itu juga berlaku untuk novel Hello, Salma ini. Di samping kaya akan keunggulan, novel ini juga memiliki beberapa kelemahan. Nggak banyak sih, tapi ada beberapa, seperti :


  • Masih ada some typos. Maaf, saya lupa typo-nya ada di halaman berapa. Jadi, nggak bisa kasih contohnya. Tapi, it’s okay, karena nggak mengganggu atau merusak cerita.
  • Penempatan tanda baca kurang tepat. Kalo di poin ini, murni dari pandangan saya ya. Saya memang bukan seorang sastrawan atau ahli sastra yang paham akan penempatan tanda baca yang tepat itu gimana.
  • Masih ada penggunaan kata yang kurang pas, sehingga mengakibatkan penumpukan kata atau pengulangan kata. Sehingga terkesan kalimat itu tidak efektif.

Dari ketiga poin itu, it’s okay sih sebenernya. Typo, tanda baca, dan pengulangan kata-nya itu nggak mengganggu atau merusak imajinasi kalian ketika baca. Intinya, meskipun ada kesalahan dalam penulisan, kalian tetep bisa menikmati bacaan ini. Tim editor juga pasti sangat meminimalisir terjadinya kesalahan penulisan seperti itu. tapi ya gimana lagi, maklumin aja. Toh, tim editor kan juga manusia, yang tidak luput dari kesalahan dan bukanlah robot yang bisa 24 jam non stop bekerja tanpa lelah.

Jadi, bintang 4 sepertinya cucok meong untuk cerita ini. Sejauh saya membaca tumpukan novel fiksi remaja, Hello, Salma ini yang paling keren. Novel ini menurut saya berbobot banget. Meskipun tetap nonjolin cerita romansa, tambahan tentang dunia perkuliahan dan perjuangan untuk menempuh tes, serta mengenai depresi disajikan dengan detail, jelas, dan apik.

Nggak heran dong, kalo film ini juga worth it to watch. Jadi, siapa nih, diantara para readers-ku yang sudah nyempatin waktunya nonton Hello, Salma? Gimana ceritanya? Bagus nggak? Harus bagus dong ya. Kan novelnya masuk dalam jajaran kategori “best seller”. Kuy, yang sudah nonton film-nya, boleh dong, sharing di kolom komentar. Yang pasti, dilarang spoiler ya.

Oiya, penilaian bersifat objektif dan SAMA SEKALI tidak memiliki niatan untuk menjatuhkan atau membandingkan penulis.

By the way, buat kalian yang bener-bener penasaran level infinity sama cerita ini, dan ketinggalan alias nggak nonton filmnya, silahkan beli di toko buku terdekat atau online book store langganan. Jika ingin menghemat, silahkan meminjam ke teman atau perpustakaan. Yang penting, jangan beli novel atau e-book bajakan ya. Tolong hargai penulisnya.

Sekedar tambahan, mungkin kalian bisa baca novel Hello, Salma ini sekalian play Love Myself yang dinyayiin BTS dalam album Love Yourself : Answer. Alasannya, nggak jauh-jauh dari komunitas "Love Yourself" yang menangani depresi dalam novel ini. Dalam lagu BTS itu, kita dituntut untuk mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.

Terima kasih sudah membaca.

Silahkan tinggalkan jejak dengan membubuhkan komentar sebagai penyemangat saya untuk terus menuliskan review.

“Hidup akan terasa lebih bebas apabila ditertawakan.” [page 118]
Continue reading REVIEW + RESENSI NOVEL "HELLO SALMA" by Erisca Febriani [Bukan Sekedar Cinta Monyet]