,

REVIEW + RESENSI NOVEL "MARIPOSA" by Luluk HF [Semakin Dikejar, Semakin Menghindar]





Judul : Mariposa
Penulis : Luluk HF
Penerbit : Coconut Books
Genre : Fiksi Remaja
Halaman : 484 halaman
Tahun terbit : 2018
ISBN : 978-602-5508-61-5
Harga : Rp 99.000
Rate : 🌟🌟🌟
Blurb :

Untuk mencintai kamu, aku hanya butuh waktu satu detik.
Untuk mendapatkan cinta kamu? Aku butuh berapa juta detik?

Ini kisah tentang Acha, memiliki nama panjang Natasha Kay Loovi. Gadis ajaib berparas cantik seperti bidadari. Ini juga kisah tentang Iqbal. Jangan tanya nama panjangnya siapa, nanti kalian jatuh cinta. Pria berhati dingin dengan hidup monotonnya.

Bercerita tentang perjuangan Acha untuk mendapatkan cinta seorang Iqbal. Acha tidak pernah gentar meruntuhkan dingin dan kokohnya tembok pertahanan hati Iqbal yang belum pernah disinggahi perempuan mana pun.

Sikap dingin dan penolakan Iqbal berkali-kali tak membuat Acha menyerah. Bagi Acha selama Iqbal masih berwujud manusia, selama Iqbal tidak berubah menjadi sapi terbang, Acha akan terus berjuang.

Siapkan hati yang mandiri untuk membaca cerita ini. Hati-hati jantung Anda, mohon selalu dijaga. Serangan baper akan terus menyerang tanpa henti.

Kisah romantis komedi remaja yang siap memanjakan hari indah Anda semua. Jangan lupa selalu bahagia.

Dari Mariposa untuk semua pembaca tercinta.

***

HALOO!! Puji syukur banget bisa kembali nulis blog setelah berbulan-bulan nggak ada kabar update. Terhitung sejak dimulainya tahun baru, 2020, postingan ini adalah yang pertama. Padahal, di penghujung 2019, udah ada niatan resolusi 2020, yang mana rajin update blog (paling nggak, minimal sebulan update dua kali). Tapi... ah sudahlah, nggak perlu diperpanjang. Meskipun begitu, tetap saja, maafkan hamba yang banyak dosa karena tukang php-in kalian ya?L

Tapi santai, seperti biasa, saya nggak akan balik nulis lagi kalo nggak bawa bahan bacaan untuk dibahas.

Gimana perasaan kalian setelah baca blurb cerita ini yang super panjang? Penasaran? Pasti kalian sudah nggak asing sama cerita ini. Saya yakin, 80% dari kalian sudah membaca dalam versi wattpad. Mustahal bin mustahil kalo kalian (novel-addict dan wattpad-addict) nggak tahu cerita ini, karena sering banget nangkring di posisi #1.

Mariposa.

Adalah cerita fiksi remaja karya Luluk HF –mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang- yang sangat booming di kalangan pembaca setia dunia orange, yaitu wattpad. Cerita ini berhasil memecahkan rekor dengan jumlah pembaca terbanyak, yaitu lebih dari 60 juta kali dan telah dipesan sebanyak puluhan ribu eksemplar ketika masa Pre-Order dibuka, serta akan segera naik ke layar kaca.
Nah, dari situ, kelihatan banget kan, seberapa excited-nya orang-orang dengan kisah Iqbal-Acha ini? Apakah kalian salah satu dari puluhan bahkan ratusan ribu penggemar Mariposa?

Seperti biasa, saya bakal curhat sedikit tentang bagaimana awal mula saya pedekate *eh bukan, maksudnya kenal sama cerita ini. Tenang aja, saya janji, curhatnya sedikit doang. Beneran deh. Suer.
Jadi, saya tahu cerita ini gara-gara temen saya snap-in link wattpad-nya di Whatsapp. Awalnya, iseng karena gabut, nyoba tekan link-nya, baca sinopsisnya, dan baca tiga chapter pertama. First impresssion; ASYIK.

Akhirnya, saya add to library. Di chapter sekitar 50-an saya berhenti ngikutin update-nya. Bukan karena bosen baca, tapi karena nggak ada waktu buat halu sama cowok-cowok fiksi wattpad. Hmm, kepentok ujian kenaikan kelas kala itu. Bahkan, setelah ujian selesai, saya nggak baca cerita ini, karena notifnya tenggelam, kalah sama cerita-cerita baru.

Pas mau lanjut baca, eh ternyata si mbak author-nya woro-woro kalo Mariposa bakal naik cetak. Yaudah, dari situ saya mutusin buat nggak lanjut baca versi wattpad-nya, dan berniat memeluk versi novelnya. Alhasil, ketika ada pengumuman PO, saya beserta beberapa teman rame-rame ikutan. Setelah sekian lama nunggu, akhirnya saya bisa memeluk Iqbal Guanna ini.

Setelah baca sampai tuntas, entah kenapa muncul ‘sedikit’ perasaan kurang puas di hati saya.

Penasaran, kenapa saya berani nyebut kaya gitu?

Tetap scroll sampai habis postingan ini biar kalian bisa tau, dimana letak ketidak puasan saya terhadap novel ini.

Tanpa banyak cang cing cung lagi, mari lanjut ke bagian review-nya.

BOOM! *udah kek judul lagunya NCT Dream wkwk.

***

“Mariposa seperti kamu. Aku mengejar, kamu menghindar.” [page 5]

                        
Cerita dibuka dengan pertemuan kedua antara Acha dan Iqbal di sebuah kafe. Pertemuan pertama keduanya adalah ketika mereka sama-sama mengikuti olimpiade untuk mewakili sekolah masing-masing. Acha yang sudah love at the first sight sama Iqbal sejak di camp olimpiade, menghampiri Iqbal dan tanpa basa-basi langsung meminta nomornya. Dihampiri dan dimintain nomor telepon oleh cewek asing, jelas saja Iqbal tidak mau.


“Liat aja, Acha pasti bisa dapetin nomor Iqbal!! Pasti!!” [page 12]


Sejak insiden gagalnya Acha mendapat nomor Iqbal di kafe tempo hari, dia semakin gencar untuk mengejar Iqbal. Bahkan, dia rela pindah ke sekolah yang sama dengan Iqbal. Entah apa yang terjadi, saat itu sekolah dihebohkan dengan rumor yang mengatakan bahwa Acha adalah pacar Iqbal.


“Bal, seriusan dia pacar lo? Jadi, gosip lo homo itu nggak bener, kan? Lo serius doyan cewek, kan? Lo akhirnya punya dede gemes, kan? Punya pacar, kan?” [page 16]


Setelah rumor ‘kurang sedap’ (setidaknya bagi Iqbal) menyebar, dia jadi banyak istighfar. Beruntung sekali, karena Iqbal tipikal orang berhati batu berlapis baja, jadi, dia cuek-cuek saja. Bukannya makin dekat, Iqbal justru risih dengan kehadiran Acha di sekitarnya, yang tanpa tahu malu mengejar-ngejar demi mendapat perhatian darinya. Bahkan, secara terang-terangan, Acha menunjukkan ketertarikannya pada Iqbal, seperti mengirim pesan, memberi kue cokelat, tebar pesona, hingga mendatangi kelas Iqbal setiap hari.


“Nggak apa-apa, kok. Acha yakin nanti Iqbal pasti suka sama Acha.” [page 32]


Kalian pernah ngerasain fase lelahnya menunggu? Kalau iya, berarti kalian merasakan apa yang dialami oleh Acha ketika mengharapkan cintanya Iqbal. Sebanyak apapun Acha  mencoba untuk mencairkan gunung es di hati Iqbal, maka sebanyak itu pula Iqbal akan menolak kehadiran Acha. Hingga pada akhirnya, Acha yang notabene manusia biasa, merasakan lelah dalam hal berjuang untuk memerdekakan hatinya, menyemikan cintanya.

Di saat itu pula, muncul sosok Juna yang sifatnya berbanding terbalik dengan Iqbal. Juna jelas menunjukkan ketertarikannya terhadap Acha. Juna menyukai Acha. Namun, lagi-lagi Acha tidak mengindahkan keberadaan Juna. Apalagi alasannya? Kalau bukan karena hatinya masih stuck di Iqbal. Hal tersebut rupanya membuat Amanda, sahabat Acha dongkol.


“Percaya sama gue. Seratus persen tanpa boraks dan formalin. Juna suka sama lo!” tegas Amanda. “Sikap baik dia ke elo itu beda dibanding ke gadis-gadis lain.” [page 46]

“Lo lepasin noh Iqbal yang nggak punya hati. Mending sama Juna ke mana-mana kali, Cha. Terkenal, cerdas, ganteng, dari keluarga terpandang. Kurang apa coba?” [page 47]


Waktu terus berjalan. Namun, perasaan Iqbal terhadap Acha tak kunjung semu, dan perasaan Acha terhadap Iqbal perlahan padam. Acha mulai belajar untuk berhenti mengejar Iqbal. Perlahan, dia mulai memberi jarak kepada Iqbal, bukan karena benci akibat cintanya tidak mendapat balasan, melainkan dia tidak ingin lagi menyakiti hati dan melelahkan diri sendiri, sekaligus tidak ingin melihat Iqbal semakin membenci kehadirannya.


“Iqbal.... Acha udah nyerah sekarang. Maaf.” [page 128]


Dalam kurun waktu berdekatan, Juna menyatakan cintanya pada Acha. Amanda mendoktrin Acha, agar ia menerima cinta Juna sebagai tahap awal untuk melupakan sosok Iqbal. Namun, tanpa disangka, Iqbal kembali hadir dalam hidupnya. Dengan kepercayaan diri tingkat dewa, Iqbal membuat jantung Acha kembali berdebar. Lagi, untuk kesekian kali, Acha mengharapkan Iqbal lagi.


“Jangan terima Juna.” [page 212]


Ternyata, benar kata orang, kalau kita harus terlebih dahulu merasakan kehilangan agar bisa menyadari perasaan. Begitu pula dengan Iqbal. Setelah sekian lama bergelut melawan rasa gengsinya, ia mengakui perasaannya terhadap Acha. Tentu saja bukan murni kesadaran diri sendiri, melainkan dibantu dan dipancing oleh dua sahabatnya, -Rian dan Glen-, serta Amanda. Meski mengakui perasaannya terhadap Acha, Iqbal tidak langsung menjadikannya kekasih. Iya, Acha digantung kayak jemuran, karena Iqbal masih meragu atas perasaannya sendiri.

Iqbal menyampaikan keraguan hatinya terhadap Acha kepada teman-temannya. Dan tanpa ia duga, ada Acha di sekitarnya, sehingga mendengar percakapannya –mengenai alasan digantungnya Acha sekaligus keraguan hatinya-. Jelas saja, Acha terkejut. Emang siapa sih, yang mau dibaperin, dikasih harapan, tapi ujung-ujungnya nggak ada kepastian? 


“HORE, IQBAL MASIH JOMLO. HORE.” [page 246]


Kalau kalian ngira Iqbal dan Acha bakal jadian segampang ngebalik tempe goreng, kalian benar. Tapi, cerita mereka nggak berhenti sampai di situ. Masih ada cerita perjuangan Acha agar diakui kehadirannya oleh Iqbal. Loh, kenapa bisa gitu? Kan udah mereka udah jadian? Berarti Iqbal cuma mainin perasaan Acha aja?

Weits, santai. Saya nggak akan jelasin disini, karena nanti bakal berujung spoiler, terus kena copyright. Kalau kalian penasaran banget sama kelanjutan kisah lovey-dovey dari pasangan Iqbal-Acha, silahkan jemput novel Mariposa di toko buku online maupun offline kesayangan kalian.

Selain itu, jangan lupakan tokoh Juna yang masih suka riwa-riwi dalam kehidupan Acha dan siap merebut Acha kapan saja disaat Iqbal lengah atau menyia-nyiakannya. Jadi, gimana akhirnya? Acha sama Juna atau Iqbal? Ending-nya, Acha sama boneka sapi. Eh nggak ding. Ya, kan udah dibilangin di paragraf sebelumnya, kalau penasaran, silahkan beli novelnya hehe.


Oh my god, ini mah kayak cinta segitiga antara Lee Minho, Suzy, dan Lee Jongsuk*, hahaha,” [page 368]


(sumber : google)

*Itu sampe saya sertain gambarnya, biar yang nggak tau siapa itu Lee Minho, Suzy, Lee Jongsuk bisa ngerti hehe.

Pengujian Tuhan terhadap hati Iqbal dan Acha ternyata tidak sederhana. Kali ini, bukan menyangkut tentang Juna atau orang ketiga, melainkan cita-cita. Iqbal memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap dunia penerbangan, sehingga setelah lulus SMA, ia berencana untuk melanjutkan studi di University of Bristol, Inggris.


(sumber : google)

Keinginan Iqbal untuk melanjutkan studi di luar negeri mendapat dukungan penuh dari sang Ayah. Berbeda dengan Acha. Acha tidak ingin Iqbal meninggalkannya. Jauhan sama Iqbal saja Acha tidak mau, apalagi jika harus menjalani LDR beda negara dengannya?

Namun, Iqbal juga tidak ingin mengubur impiannya untuk kuliah di Inggris demi cinta. Iqbal bukan tipikal bucin yang mudah dikalahkan rasa cinta. Baginya, cita-cita adalah tetap yang utama. Lantas, apakah Iqbal dan Acha akan mengakhiri hubungannya? Temukan jawaban lengkapnya hanya di novel Mariposa.


“Lo sama Acha nanti putus dong?” [page 417]


Hingga pada akhirnya, sesuatu hal terjadi, yang membuat Iqbal mengurungkan niat untuk terbang melanjutkan studi di Inggris. Ia memutuskan untuk tetap berada di Indonesia, dan melanjutkan studi di tanah air. Hah? Serius? Kenapa? Apa alasannya? Apakah karena Acha yang nggak mau LDR beda negara? Atau ada alasan lain? Kalau ada alasan lain, apa itu?

Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para readers tercinta. Sekali lagi, kalau kalian pengen tau benget tentang detail cerita dan endingnya, silahkan jemput Mariposa di toko buku kesayangan kalian ya?


“Apa pun yang kamu pilih, apa pun yang ingin kamu jalani nantinya, tujuannya jangan untuk membahagiakan diri kamu sendiri. Kalau bisa untuk orang lain juga. Jadi manusia yang bermanfaat untuk orang banyak.” [page 423]

***

WAH, nggak kerasa udah lebih dari seribu enam ratus kata yang udah saya tulis. Kali ini, udah masuk ke bagian akhir nih. Seperti biasa, apa lagi kalau bukan bagian penutup yang membahas tentang keunggulan dan kelemahan buku. Di bagian ini, kalian bakal tau, penyebab dari rasa tidak puas yang saya alami (seperti yang saya tulis di awal).

So, yup! Jadi, yang pertama, saya akan tulis keunggulannya, antara lain:
  • Design cover-nya sederhana, nggak gombreng (rame). Center of interest-nya gambar kupu-kupu yang bersayap cantik mirip sayap Barbie Mariposa. Iyalah, kan emang judulnya Mariposa hehe.
  • Ada ilustrasi di chapter tertentu yang dirasa penting. Jadi, biar pembacanya nggak ngerasa bosen gitulo.
  • Bahasanya ringan dan mengikuti zaman. Artinya, nggak terlalu baku, juga nggak bikin ngantuk. Mudah dimengerti-lah intinya.
  • Diselipi bumbu-bumbu Korea sebagai penyedap. Ok, bagian ini menurut saya adalah keunggulan, karena saya adalah seorang Kpopers wkwk. Apalagi, dalam novel ini, diceritakan bahwa Mama Acha adalah seorang ibu-ibu gaul yang menggilai oppa-oppa, termasuk BTS. Mau tau gimana Mama Acha nge-fangirl? Beli novelnya ya.
  • Konfliknya nggak bikin pusing, pening semriwing, khas remaja gitu deh, ya percintaan, ya cita-cita. Cocok banget buat kalian yang suka bacaan ringan tanpa konflik berkepanjangan.
  • Humor alias komedi yang tersaji cukup membuat mulut kalian nggak berhenti ketawa. Di bagian ini, saya mau sungkem dulu sama Kak Luluk, karena udah nyiptain tokoh Glen Anggara yang penuh dengan segudang jokes untuk mencairkan suasana.
  • Penokohannya mantap dan bisa diterima akal sehat, ngerasa real banget. Kan ada tuh, biasanya tokoh-tokoh yang terlalu imagine, sampe kadang susah buat dibayangin. Kalau ini tuh enggak sama sekali. Asli, beneran kayak nyata gitu. Apalagi, step by step perubahan sifat Iqbal yang di awal dingin nggak tersentuh sampe jadi hangat melumerkan, uuu gemes banget!. *Oiya, jangan sangkut-pautin sama halu ya, karena ini soal imajinasi. Bedain,antara halu sama imajinasi, bisa kan?
  • Quote-able banget. Meskipun quotes-nya nggak banyak, -karena bagi saya, untuk ukuran novel setebel dengan suguhan cerita romansa macam ini, kalo dikasih banyak quotes, malah jatuhnya ganggu dan menye-menye-, tapi cukup lah buat keperluan jeprat-jepret.
  • Narasi yang ditulis untuk bagian penyelesaian masalah tokoh cerita serta usaha tokoh cerita untuk mewujudkan dan mengejar cita-cita bisa banget buat dipraktekkan dalam dunia nyat
Di samping keunggulan yang telah tertulis di atas, ada beberapa yang kurang berkenan. Berikut ini adalah kelemahan dalam novel dengan jumlah pembaca terbanyak ini:
  • Masih terdapat beberapa typo serta penempatan kata depan “di” yang kurang tepat, misalnya dimobil (yang seharusnya ditulis di mobil), di lihat (yang seharusnya ditulis dilihat), dan lainnya. Sebenernya nggak banyak sih, mungkin sekitar dua atau tiga. Jadi, dimaafkan deh ya. Lagipula, saya juga yakin, kalau antara pihak penulis dan penyuntingnya sudah meminimalisir ke-typo-an tersebut. Anjir, bahasa apaan nih wkwk.
  • Plot twist kurang menggebrak. Saya adalah tipikal orang yang suka banget sama cerita dengan plot twist mengejutkan. Di versi wattpad, ada bagian dimana Amanda, sahabat Acha ini bikin ulah yang membuat satu sekolah gempar dengan menjelek-jelekkan Acha (Amanda jadi jahat karena sikap Acha yang terlalu dibutakan oleh cinta dan ketololannya ngejar-ngejar Iqbal *astaga, maafkan bahasa saya:(). Saya pikir, di versi novel, plot twist ini disajikan, dengan tokoh Amanda yang lebih kejam. Tapi, ternyata tidak. Hmm, mungkin bakal disajikan di Mariposa seri dua. Loh? kok tiba-tiba seri dua? Emang ada sequelnya? Dih, kepo. Kalo kepo, yaudah si beli aja novelnya, cari tahu sendiri. Jangan banyak tanya, jadi kayak Dora wkwk.
  • Sifat manja tokoh Acha dalam versi novel bikin geregetan sendiri. Mungkin emang sengaja dibikin gini, buat munculin feel-nya. Tapi, bagi saya ini tuh terlalu @#?&! gitu. Saya pernah ngerasa nggak betah dan berniat untuk nutup novel ini di tengah-tengah cerita. Saking sebelnya sama sikap Acha yang super manja –yang saya rasa tiga kali lipat manjanya dari wattpad version-. Tapi, saya urungkan, karena masih ada tokoh Iqbal, Rian dan Glen yang menjadi alasan saya untuk tetap betah-betahin baca sampai akhir, dan bisa nulis review ini buat kalian.


Nah, dari tiga kelemahan yang saya tulis di atas, emang yang paling bikin saya ngerasa nggak puas ya di poin kedua, yaitu plot twist. Padahal, di versi wattpad, plot twist dari Mariposa ini juga affordable buat dibaca. Ketiadaan plot twist yang “boom”, menjadikan novel ini punya kesan “ah, ternyata gitu-gitu aja ceritanya” di benak pembaca dengan tipe penyuka plot twist yang sifatnya ngagetin.

Ibarat nih, pembaca penyuka plot twist yang seperti adalah penyuka jump scare kalau di youtube. Tapi, ya nggak masalah sih. Mungkin emang sengaja dibuat gitu oleh pihak-pihak yang bersangkutan (kesepakatan antara penulis, editor, dan penerbit). Siapa tahu, plot twist mengejutkan seperti yang saya maksud akan hadir dalam novel berikutnya. Jadi, ditunggu saja.

Okay, dari dua ribu empat ratus-an kata di atas, seberapa excited-nya sih kalian sama cerita Iqbal dan Acha?

Oh iya, sudah pada tahu kan, kalau Mariposa bakal di-film-in tahun ini? Tepatnya, tanggal 12 Maret 2020, dan official trailernya juga sudah rilis di youtube account-nya Falcon.

(sumber : starvisionplus)

Sudah ada niatan untuk nonton kisah romansa penuh perjuangan mereka di bioskop? Kalau kalian adalah #TimNonton tapi suka ngerasa belum puas kalau cuma nonton sekali, saya saranin buat beli novelnya juga, karena kalau kalian ngerasa belum puas, dan masih pengen hanyut dalam kisah romansa Iqbal dan Acha, kalian bisa baca novelnya kapan saja, dimana saja, dan berapa kali pun. Alias nggak terbatas.

Dan untuk kalian #TimBaca , jangan lupa buat luangin waktu ke bioskop terdekat. Jangan hanya nikmatin Mariposa dalam versi cetak, tapi kalian juga harus nikmatin Mariposa dalam versi layar lebar. Biar kalian tahu, gimana jadinya kalau orang yang manjanya macem Acha bisa ngeluluhin dinginnya gunung es macem Iqbal dalam dunia nyata. Terlebih, mata kalian juga butuh yang ‘seger-seger’ wkwk.

By the way, ngomongin soal Mariposa, bioskop dan ‘seger-seger’, sudah pada tahu nggak nih, siapa aja yang bakal ikut aksi *anjir, udah kayak mau demo aja wkwk, oke lanjut- maksud saya, ambil peran dalam film-nya? Kalau belum, mumpung saya lagi baik hati, saya bakal nunjukin siapa saja mereka.


Adhisty Zara sebagai Acha

Angga Aldi Yunanda sebagai Iqbal

Dannia Salsabilla sebagai Amanda

Junior Roberts sebagai Glen

Syakir Daulay sebagai Juna

Abun Sungkar sebagai Rian


Gimana gimana? Visual oke semua kan? Pasti dong. Nah, kalo gitu, jangan lupa nonton Mariposa di bioskop kesayangan kalian. Ajak pacar, gebetan, teman, mantan, atau siapapun deh terserah, yang penting nggak ngajak selingkuhan wkwk.

Buat kalian yang pengen tau dan nggak mau ketinggalan tentang update info film ini, bisa banget follow akun Instagram penulisnya (@luluk_hf), atau rumah produksinya (@starvisionplus), atau perusahaan film (@falconpictures_), atau official account (@mariposafilm).

Over all, bintang tiga deh buat kisah Iqbal-Acha ini. Oh iya, penilaian bersifat objektif dan SAMA SEKALI tidak memiliki niatan untuk menjatuhkan atau membandingkan penulis.

Okay, terima kasih buat kalian yang sudah betahin baca tulisan saya sampai titik ini.

Jangan lupa terus mendukung saya biar semangat nulis review lainnya dengan meramaikan kolom komentar. Buat kalian yang takut banget ketinggalan informasi update terbaru blog ini, santuy! Skuy, langsung follow blog ini.

***


BONUS; ANOTHER SWEET PICT
 ♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

(Geng Multinasional ft. Juna)


(Couple #1 : Iqbal-Acha)


(Couple #2 : Rian-Amanda)


Sekali lagi, terima kasih sudah membaca.
Sampai jumpa di review selanjutnya♥







5 comments:

  1. Aku suka bgt sama novel inii kakk.
    Semangat yh review yg lainnya...

    ReplyDelete
  2. Aku belum baca, wiih baca review di sini jadi pingin baca ... semangat terus Kak review bukunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha, yuk cus lah ke toko buku online langganan kamu. mumpung besok 9.9 loh hihi. btw, thanks ya udah mampir kesini❤

      Delete
  3. Salah satu film favorite saya dong hehe, aku Dina dari grup mba hehe pas buka eh ternyata mba juga fangirl yaa. Semangat nulis mba, mampir ke blog saya juga yaa www.kamelawar.com 😁💖

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaaaah. aku si belum nonton, keburu corona:( hihi, iya, selain makan, rebahan, hobiku adalah fangirlingan wkwk.
      terima kasih yaa, kamu juga semangat nulisnya. ^spread love❤

      Delete