,

REVIEW + RESENSI NOVEL "FEEL REAL" by Radin Azkia [Permainan Takdir Gilang]


Judul : Feel Real
Penulis : Radin Azkia
Penerbit : Gagas Media
Genre : Fiksi Remaja
Halaman : vi + 430 halaman
Ukuran buku : 13x19 cm
Tahun terbit : 2017
ISBN : 978-979-780-891-4
Harga : Rp 90.000
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

“Sandiwara lo, tuh, buat apa?”

“Siapa yang sandiwara? Gue lagi nggak sandiwara. Lo masih nggak bisa liat apa yang lagi terjadi sekarang?”

Setelah mendengar perkataan Gilang, dahi Gatari mengerut. Ekspresi wajahnya perlahan berubah bingung.

“Lo pikir kita ngapain disini? Makan-makan cantik?” Gilang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Lo nggak liat gue disuruh serapi ini buat siapa?”

Gatari semakin bingung. Jangan-jangan... ah, nggak mungkin!
Gue nggak hidup di zaman Siti Nurbaya!

“Buat lo!” sembur Gilang meninggi tepat di depan wajah Gatari. “Buat orangtua lo!”

Bibir Gatari yang terkatup perlahan terbuka. Namun, tidak ada suara yang terdengar dari mulutnya. Perempuan itu menatap kedua mata Gilang sambil berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya agar tetap bisa berdiri dengan sepatu sepuluh sentimeter.

“Selamat, Gat. Harapan lo untuk nggak berurusan sama gue lagi, hilang malam ini juga.”

Malam itu mengubah hidup Gatari selamanya. Ia tidak habis pikir, orang tuanya tega menjodohkannya dengan Gilang, si pembuat onar di sekolah. Bagaimana bisa? Hanya kata-kata itu yang memenuhi kepalanya. Sampai kapan pun ia tidak akan pernah menerima dan memaafkan Gilang, laki-laki yang sudah mempermalukannya di depan teman-teman sekolah, dengan mendaratkan bibirnya di wajah Gatari.

***

HALO! Apa kabar? Masih ada yang nunggu update-nya blog ini? Terima kasih karena sudah menunggu. Melelahkan ya? Yang namanya menunggu pasti melelahkan, menyakitkan dan menyesakkan wkwk.

Okay, jadi untuk kalian yang sudah menunggu, selain mengucapkan beribu kata terima kasih yang teramat tulus dari dalam lubuk hati, saya membawa cerita Gilang Aidan untuk dibagi dan dinikmati bersama kali ini. Judulnya Feel Real, karya mbak-mbak Universitas Brawijaya bernama Radin Azkia. Gimana blurb-nya? Bikin penasaran kan? Sama, saya juga (pas belum beli).

Sebelum ke bagian review-nya, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada grobmart, karena sudah mengirimkan paket novel ini ke rumah dengan selamat. Btw, saya beli ya, bukan dapet giveaway atau gretong alias gratis, apalagi endorse wkwk.

Okay, daripada berbacot ria, mending kita langsung aja kupas tuntas Feel Real ini. So, simak dan baca ulasan-nya di bawah ini ya.

***

“For the things I can not undo.” [page 2]

Cerita dibuka dengan pertemuan antara dua tokoh utama, yaitu Gilang dan Gatari di lorong sekolah. Gilang yang baru saja keluar dari ruang BK dengan ditemani seorang pria berjas hitam. Sedangkan Gatari, ia keluar dari perpustakaan, membaca buku sambil berjalan. Tiba-tiba saja, Gilang tidak sengaja menabrak Gatari hingga perempuan itu menjatuhkan buku yang ada di tangannya. Tanpa mengucapkan kata maaf, Gilang langsung saja pergi meninggalkan Gatari yang masih sibuk memandangi dengan penuh rasa heran dan penasaran.


“Itu, kan, anak baru yang berantem sama Kak Joshua? Dia dipulangin?” [page 6]


Waktu berjalan dengan begitu cepat. Tidak terasa, sudah setengah tahun lamanya Gilang bersekolah di SMA Parama Bangsa. Dengan jangka waktu itu, ia sudah sering sekali mencatatkan namanya ke dalam daftar anak-anak bermasalah. Seminggu setelah kepindahannya, ia dipanggil karena berantem dengan kakak kelas. Dua bulan kemudian, ia dipanggil lagi karena ketahuan merokok, kemudian bolos selama seminggu penuh. Ia bahkan pernah dihadapkan dengan kepala sekolah karena melawan guru. Terakhir, ia hampir tidak naik kelas karena nilainya pas-pasan.

Hari itu, Gilang kembali membuat keributan di lorong sekolah. Bukan dengan kakak kelas atau teman sebaya laki-laki, melainkan dengan seorang perempuan bernama Diva. Diva tidak sengaja menumpahkan minumannya hingga mengenai seragam dan esai milik Gilang. Gilang yang merupakan makhluk temperamen, tentu saja tidak terima. Ia memarahi Diva habis-habisan hingga membuat Gatari -teman Diva- geram sendiri.

Gatari hadir di tengah keributan yang diperbuat Gilang. Gilang tidak suka jika ada orang yang ikut campur urusannya. Gatari tidak peduli, yang menjadi fokus utamanya saat itu adalah membawa Diva pergi dari hadapan iblis berwajah tampan, bernama Gilang. Perbuatan Gatari tersebut sukses memancing emosi Gilang. Dengan sekali gerakan, Gilang berhasil menarik kerah seragam Gatari. Kemudian, mendaratkan bibirnya di bibir Gatari. Hal itu membuat semua pasang mata yang ada di tempat kejadian membulat. Dan, dunia Gatari yang tenang pun berubah dalam sekejap mata.

Di hari yang sama, tepatnya saat malam hari, Gilang dan Gatari kembali dipertemukan. Kali ini, bukan kebetulan, mungkin bisa disebut paksaan atau mungkin permainan takdir yang sudah diatur oleh Tuhan melalui acara makan malam. Gatari tidak tahu-menahu tentang maksud dan tujuan dari acara makan malam itu. Ia tidak nyaman dengan situasi tersebut, kemudian memutuskan untuk pergi ke toilet -tentu saja itu alibi-. Tanpa diketahui, Gilang mengikutinya dari belakang.

Melihat keberadaan Gilang, Gatari benar-benar lelah. Jujur, kejadian memalukan di sekolah membuatnya benci dengan sosok Gilang. Ia bersumpah tidak akan melibatkan dirinya dalam urusan Gilang, atau sebaliknya. Namun, sebuah pernyataan mengejutkan keluar begitu saja dari mulut Gilang. Pernyataan yang membuat ketenangan hidup Gatari hancur. Pernyataan yang berusaha ia hindari. Pernyataan yang semakin membuatnya membenci Gilang. Apakah pernyataan itu?


“Selamat, Gat. Harapan lo untuk nggak berurusan sama gue lagi, hilang malam ini juga.” [page 31]


Di sekolah, semuanya baik-baik saja, Gatari masih tetap saja ketus kepada Gilang. Gilang meminta Gatari agar merahasiakan ‘sesuatu’ yang ia ucapkan semalam, dan Gatari menyetujuinya. Sudah setting-an Tuhan mungkin, karena lagi-lagi Gilang dan Gatari diharuskan beriringan kembali. Kali ini, dengan embel-embel pulang bareng karena sopir Gatari tidak bisa menjemput dan juga langit sedang tidak mendukung alias mendung.


“Heh, lo bakal sering ketemu gue. Jadi, harus baik-baik sama gue! Siapa tau, kita beneran jodoh.” [page 37]


Gatari bosan di dalam mobil Gilang. Ia butuh musik untuk menyegarkan pikirannya. Ia membuka dashboard mobil, berniat mencari headset milik Gilang. Tanpa sengaja, ia malah menemukan ‘barang terlarang’ di dalamnya. Gilang yang lagi-lagi merasa terusik atas tindakan Gatari pun membentaknya. Gatari yang merasa kaget dan bersalah at the same time pun hanya diam, menundukkan kepalanya.

Usai kejadian di mobil itu, Gilang dan Gatari sama-sama diam. Di sekolah, di kelas pun juga saling mendiamkan, dan malah terkesan berjauhan. Saat bel pulang pun, Gatari akan langsung menuju halte depan untuk menunggu jemputan. Tiba-tiba ia tidak sengaja menabrak seorang laki-laki tampan seusianya di depan gerbang sekolah. Dan yang tidak diduga, laki-laki menanyakan sebuah nama yang akhir-akhir ini selalu saja berurusan dengan Gatari. Siapa lagi, kalau bukan Gilang. Jadi, siapa cowok ganteng itu, guys? Apakah dia jodohmu? Atau malah jodohku? Wkwk. Lalu, kenapa dia nyariin Gilang? Temukan jawaban lengkapnya hanya di novel fisiknya.

Sabtu malam, adalah hari paling menyebalkan bagi Gilang. Hari itu ia mendengar sebuah permintaan bodoh dari kedua orangtuanya. Permintaan bodoh yang membuatnya frustasi dan akhirnya menginjakkan kaki di sebuah club malam bersama dengan teman-temannya, yaitu Eki, Evan, dan Rafi sampai dini hari.

Di hari minggu pagi, waktunya Gatari bermalas-malasan. Namun tidak untuk kali ini. Pagi-pagi ia sudah bangun, mandi dan mengikuti sarapan bersama dengan keluarganya. Awalnya, ia benar-benar menikmati hidangan di depannya. Sampai sebuah ucapan yang dilontarkan ayahnya, membuat dirinya tidak lagi nafsu untuk menyantap makanan di depannya. Tenggorokannya kering, mulutnya tidak bisa berkata-kata. Pikirannya berputar kembali di waktu malam, tepatnya acara makan malam bersama itu. It’s true.

Jadi, apa sih sebenarnya permintaan bodoh itu? Kenapa bisa bikin dua insan anak Adam dan Hawa ini sebegitu frustasinya?

Untuk kesekian kalinya, lagi-lagi Gilang dan Gatari dipersatukan kembali. Dengan embel-embel yang berbeda pastinya. Dan kali ini, adalah untuk tugas kelompok pelajaran seni. Kecanggungan yang melanda keduanya membuat tugas seni itu tidak terselesaikan dengan cepat. Apalagi, satu anggota lainnya sedang dirawat di rumah sakit. Sehingga, mau tak mau, Gatari harus menyelesaikannya berdua dengan Gilang.


“What kind of fate is this?” [page 65]


Waktu silih berganti. Tak terasa, sudah sampai di hari H sebuah acara yang tidak diinginkan oleh sepasang anak Adam dan Hawa ini. Hari dimana seluruh ketenangan hidup keduanya mulai ternoda. Hari dimana semuanya benar-benar berubah. Hari dimana Gilang mendaratkan ciumannya pada Gatari untuk yang kedua kalinya demi membuat panas hati seorang perempuan berpawakan tinggi semampai yang notabene pernah menjadi serpihan masa lalu Gilang. Namanya, Attaya.

Tindakan yang diperbuat Gilang ternyata memancing kemarahan Evan -sahabat Gilang-. Ia melayangkan bogeman mentah tepat di wajah Gilang. Ia benar-benar kecewa dengan apa yang dilakukan Gilang. Ia paham betul maksud dan tujuan Gilang melakukan hal itu. eki dan Rafi hanya diam saja. Mereka berpikir, Gilang memang harus ‘disadarkan’, setidaknya agar ia tahu kalau Gatari bukanlah perempuan yang tepat untuk dijadikan pion permainan.

Di tempat lain, di ruangan yang gelap, Gatari berusaha mati-matian untuk melenyapkan perasaan asing yang muncul di dalam dirinya. Ia ingin sekali menampar Gilang sampai tangannya kebas untuk melampiaskan amarahnya. Namun, ternyata rasa asing itu menyeruak, membuat dirinya hanya bisa diam dan menunggu permintaan maaf dari Si Pembuat Masalah a.k.a Gilang.

Gilang frustasi. Ia kembali menginjakkan kakinya di sebuah club dengan meminum empat gelas alkohol. Musik yang berdentum sangat keras tidak mengusiknya sama sekali. Yang ia inginkan adalah menghilangkan beban berat di pundaknya. Ia butuh ketenangan dan kesenangan dalam satu waktu.


“I’m sorry.” [page 109]


Seiring dengan perputaran waktu, Gilang dan Gatari mulai bisa  memahami satu sama lain. Hubungan keduanya lumayan dekat, lebih baik dari sebelumnya. Gilang mulai mengenal Gatari, lebih tepatnya melihat sisi lain dari gadis jutek yang selalu membuatnya kesal itu. Begitupun dengan Gatari, ia juga bisa melihat sisi malaikat Gilang, si cowok bebal yang suka bikin onar. Entah apa yang mendasari kedua insan itu untuk saling membuka luka lama, yang pasti, hari itu, malam itu, di dalam mobil yang ditepikan, di bawah langit malam keduanya saling bercerita akan masa lalunya.


“She didn’t choose me.” [page 169]


Siapa yang menyangka, di tengah-tengah membaiknya hubungan Gatari dengan Gilang, malah datang sesosok manusia yang pernah berhasil menjadi alasan bahagia Gatari. Namanya Arkan. Gatari yang melihat sosok itu setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak dan tanpa kabar lantas limbung. Gilang yang bisa menerka melalui bahasa tubuh Gatari akhirnya mencairkan suasana tegang diantara mereka. Kemudian, ia menarik tangan Gatari pergi, menyelamatkannya dari lubang hitam masalalunya.


“Come on, we’re not eating here.” [page 187]


Gatari sungguh bingung akan perasaannya terhadap Gilang. Terlebih, ketika Gilang seringkali membuat hatinya melayang, lalu kemudian dijatuhkan. Ia tidak tahu, apakah perasaan asing itu hanya hadir dalam hatinya saja atau pada Gilang juga? Yang pasti, Gatari merasa ia sedang dipermainkan oleh Gilang.


“Why did you do that? Why did you hold my hand? Why did you sleep with it the whole night? Why did you smile at me? Why did you call me earlier? You are so not you.” [page 209]


Setelah melayangkan pertanyaan itu, Gatari bukannya lega, melainkan ia kaget bukan main. Jawaban yang keluar dari mulut Gilang justru membuatnya enggan mendengar. Dan, tanpa Gilang sadari, Gatari menjauhinya. Memberi jarak terhadap kedekatan yang sudah mulai terbangun diantara keduanya.

Belum lagi, perihal sebuah rahasia terbesar Gilang yang terkuak akibat Avicena -cowok ganteng yang pernah ketemu sama Gatari-, yang berhasil membuat Gatari benar-benar kecewa dan menyesal pernah bertemu dengan Gilang. Sebuah rahasia yang membuat Gilang mati-matian menjelaskan alasannya pada Gatari. Sebuah rahasia yang menjadi dasar sebuah pengakuan mengejutkan dari Gilang terhadap Gatari. Sebuah rahasia yang membuat Gatari tak lagi mampu untuk menerima takdir jika keduanya disandingkan. Rahasia itu, adalah awal kekecewaan Gatari terhadap Gilang, dan berujung saling berjauhan.

Tidak hanya itu, Avicena atau sebut saja Sena, lagi-lagi membuat Gatari ragu terhadap Gilang. Gatari ragu terhadap pengakuan Gilang yang menggetarkan hatinya. Sena, adalah orang pertama yang berhasil membuat hati Gatari ragu akan kehadiran sosok Gilang dalam hidupnya. Satu hal yang tidak orang tau, yaitu tujuan dari Sena membuat semuanya abu-abu. Tujuan yang sebenarnya sangat mulia untuk Gilang dan Gatari. Apakah itu?


“It’s funny how you broke my heart before I give it to you.” [page 398]


Setelah mendapat banyak pencerahan dari sahabat-sahabatnya, baik Gilang maupun Gatari sama-sama kembali membuka hati. Keduanya bermaksud untuk menyudahi keabu-abuan hubungannya. Namun, lagi-lagi ada saja kendalanya. Jadi, bisakah mereka menyelesaikan masalahnya? Mampukah mereka beriringan kembali untuk masa mendatang? Bagaimana akhir kisah mereka? Mampukah keduanya sama-sama mengalah pada ego dan gengsi masing-masing? Lalu, bagaimana hubungan keduanya dengan para masa lalunya? Kali ini, biar novel yang menjawab rasa penasaran kalian wkwk.


“I’m so afraid my feeling’s getting bigger and what if I can’t take control? I’m so afraid because you loved her so much and I just don’t want to get hurt again.” [page 426]


***

Sebagai rekomendasi, silahkan play lagu “Feel Real” dari Deptford Goth ketika membaca, agar lebih terasa dan ‘ngena’ banget. Okay, jadi kita mulai memasuki segmen penilaian keunggulan dan kelemahan ya ini? Nah, kali ini, saya akan share apa aja yang jadi keunggulan dalam novel Feel Real ini.

  • Covernya eye-catching, menarik, simple, dan Indonesia banget. Kenapa saya bilang Indonesia banget? Karena covernya ini didominasi oleh warna merah dan putih. Udah kayak bendera kebangsaan kan? Oiya, mau bahas sedikit nih tentang warna covernya. Merah identik dengan berani, yaa maybe ini menggambarkan sosok Gilang yang nggak kenal takut alias pemberani. Mulai dari berani tonjok-tonjokan sama kakak kelas, ngelawan guru, berani bikin skandal, sampe berani deketin dan perjuangin hati kamu, eh Gatari maksudnya wkwk. Dan, warna putih itu bisa dibilang warna yang suci. Jadi, putih mungkin cocok untuk karakter Gatari yang nggak ‘neko-neko’, dan hidupnya taat dengan aturan.
  • Tidak menjual judul. Kenapa gitu? Karena judul yang tertera benar-benar bisa menjabarkan isi cerita. Feel Real sendiri mempunyai arti benar-benar terasa. Nah, ini langsung menjurus ke Gilang dan Gatari, guys. Apalagi dengan tambahan tagline yang berbunyi “Kamu mampu mengubah apa yang pernah ada, dan memberinya makna”. WOW! Itulah alasan kuat kenapa saya naksir berat sama novel ini.
  • Bahasa yang digunakan nggak baku alias ringan. Jadi, kesannya itu nyantai, sehingga cocok untuk dibaca pas lagi senggang.
  • Gaya penulisan yang disajikan oleh penulis mampu menghidupkan cerita. Jadi, feel-nya terasa banget. Saking terasanya, kalian bisa senyum, kesel, baper, jatuh cinta lagi, nangis, dan lainnya at the same time.
  • Alurnya jelas dan nggak belibet kayak benang layangan. Aslinya sih, alurnya nggak bisa ditebak. Tapi, karena ini adalah novel-wattpad, dan versi wattpad saya sudah baca, jadi saya bisa menebak. -meskipun nggak semuanya benar, tapi bisa diterkan-. Kalau belum baca versi wattpad, jelas nggak bisa menebak. Rasain lo HAHA.
  • Penyuguhan dan permainan kata untuk dialog-nya manis banget. Kembang gula aja kalah wkwk. Saking manisnya, bisa bikin senyum-senyum dan baper sampe didiagnosa kena diabetes. HAHA.
  • Konfliknya remaja banget, dan semuanya terselesaikan dengan urutan yang ‘apik’. Jadi, nggak ada yang gantung, kayak hubungan kamu sama doi, eh wkwk.

Dari beberapa poin keunggulan novel di atas, masih ada beberapa yang perlu ditinjau, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Harganya terlalu mahal untuk ukuran bacaan anak SMA yang doyan jajan seperti saya. Tapi, itu bisa diakali, dengan menggunakan voucher diskon ketika ada event-event tertentu, seperti Hari Buku Nasional, Hari Baca Nasional, Hari Kartini, Harbolnas, dll.
  • Beberapa dialog menggunakan kalimat Bahasa Inggris. Jadi, pembaca yang berusia dibawah 15 tahun kadang masih suka bingung dengan maksudnya. Mereka jadi harus buka-tutup kamus demi tau apa maksud kalimatnya. Dan sebenernya sih, dengan begitu, mereka bisa nambah kosa kata baru, ya kan? Untungnya, saya paham dengan maksudnya, dan itu bisa untuk keperluan snapping. HAHA.
  • Mengandung rude words untuk kepentingan cerita. Jadi, anak-anak dibawah umur dilarang baca ya. Tonton aja kartun Tayo wkwk.


Over all, bintang 4 pas kayaknya buat karya keren Radin Azkia ini. Penilaian bersifat objektif dan SAMA SEKALI tidak memiliki niatan untuk menjatuhkan atau membandingkan penulis.

Terima kasih sudah membaca.

Silahkan tinggalkan jejak dengan membubuhkan komentar sebagai penyemangat saya untuk terus menuliskan review.


“Sometimes you have to accept things whether you like it or not.” [page 302]
Continue reading REVIEW + RESENSI NOVEL "FEEL REAL" by Radin Azkia [Permainan Takdir Gilang]
,

REVIEW + RESENSI NOVEL "DOUBLE A" by Iolana Ivanka [Sebuah Ujian Bagi Adrian]



Judul : Double A
Penulis : Iolana Ivanka
Penerbit : Penerbit Inari
Genre : Fiksi Remaja
Halaman : vi + 330 halaman
Tahun terbit : 2017
Ukuran buku : 13x19cm
ISBN : 978-602-6682-10-9
Harga : Rp 74.000
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

Anna terjebak di tengah-tengah saat berita tentang Tiara, sahabatnya, sedang pacaran tersebar di seantero sekolah. Anna diminta oleh Tiara untuk pura-pura pacaran dengan Adrian, pacarnya. Alasannya, karena Bu Rahma, ibu Tiara sekaligus guru di sekolah mereka, melarang Tiara pacaran.

Meski enggan, akhirnya Anna menyanggupi meskipun dia menilai Adrian itu bukan cowok baik-baik. Baru meng-iya-kan, Anna sendiri ketimpa musibah.

Karena pekerjaan, ayah Anna dititipkan ke sahabat ayahnya. Sialnya, anak dari sahabat ayahnya adalah Adrian.

Anna dan Adrian akan tinggal serumah! Ini PETAKA!

***

“Double A” ini adalah novel pertama terbitan Inari yang saya baca. Awalnya, saya tidak terlalu excited dengan novel ini. Tapi, ketika searching di google dan baca blurb-nya, entah mengapa rasa penasaran langsung menguar dalam diri saya.

Penyajian blurb-nya mampu menarik saya ke dalam cerita. Seakan-akan saya ikut terjun menjadi tokoh cerita. Menariknya lagi, tokoh yang menjadi “kambing hitam” dalam cerita ini sedikit menyentil tepat di ulu hati saya. Saya sendiri tidak pernah terlibat dalam hal semacam ini, tapi saya pernah menemui dan dicurhati oleh seorang teman yang berada dalam hiruk pikuk hubungan seperti Anna-Adrian-Tiara.

Jadi, sebagai obat penasaran saya akan cerita ini, saya memutuskan membelinya. Hanya butuh waktu satu hari untuk menyelesaikan bacaan ini. Dan, kalian harus tau, bahwa cerita yang disuguhkan dalam novel ini benar-benar LUAR BIASA.

Beli kurma saat Ramadhan,
Sirup juga jangan lupa
Kalo kamu penasaran,
Yuk! Marilah dibaca

***

Cerita ini dibuka dengan artikel yang diterbitkan oleh Komunitas Jurnalis di SMA Cakrawala tentang hubungan backstreet Tiara dan Adrian. Tidak butuh waktu lama untuk menjadikannya hot news, karena semua berita pasti akan diunggah di web komunitas jurnalis dan dapat diakses oleh siapapun, termasuk guru-guru.

Kemunculan berita tersebut membuat Tiara panik setengah mati. Ia dan Adrian telah tertangkap basah oleh salah satu anggota jurnalis sekolahnya saat sedang jalan berdua. Pasalnya, hubungan yang dijalani oleh keduanya ini backstreet, karena orangtua Tiara tidak mengizinkannya berpacaran. Terlebih, ibu Tiara adalah salah satu guru yang mengajar di sekolah yang sama dengannya. Alhasil, demi menyelamatkan dirinya, hubungannya dengan Adrian, dan nama baiknya, Tiara meminta bantuan kepada Anna -sahabatnya- untuk menjadi pacar pura-pura Adrian.

Awalnya, Anna dan Adrian sama-sama menolak. Namun, Tiara terus-terusan memohon hingga akhirnya Adrian pasrah dengan ide gila pacarnya itu. Jujur saja, dalam hatinya, ia ingin hubungan keduanya tidak sembunyi-sembunyi lagi dan bisa diketahui dengan cara yang baik oleh kedua orangtua Tiara. Kekesalan dan amarahnya memuncak ketika Anna -sahabat Tiara- menyetujui ide tersebut.


“Kalian emang yang terbaik,” [page 14]


Tak disangka, sebuah pernyataan mengejutkan keluar dari mulut Tiara. Sebuah pernyataan yang berhasil membuat jantung Anna nyaris berhenti. Sebuah pernyataan yang paling semua orang benci. Sebuah pernyataan yang berkutat dalam rasa dan berpotensi menjadi luka.

Jadi, pernyataan seperti apakah itu? Apakah kalian juga membencinya? Atau, apakah kalian sedang menjalaninya? Temukan jawabannya hanya di novel “Double A” yang bisa kalian dapatkan di toko buku terdekat atau online shop langganan kalian.


“Jadi alesan lo buat minta gue jadi pacar pura-pura Adrian bukan karena lo takut nyokap lo tahu?” [page 28]


Untuk pertama kalinya, Anna dan Adrian makan di meja yang sama saat di kantin. Jangan tanyakan ini ulah siapa, tentu saja Tiara. Sikap Adrian yang acuh pada Tiara membuat Anna kesal. Anna menganggap bahwa Adrian tidak memperlakukan Tiara dengan baik dan hal itu sukses membuat Adrian meradang.


“Lo itu cuma orang luar. Nggak usah ikut campur. Jangan mentang-mentang lo ini sahabat Tiara, lo punya hak buat masuk ke dalam hubungan kita dan ngedikte apa yang harus gue lakuin dalam hubungan ini.” [page 44]


Dalam novel ini, ada tiga keluarga yang diperlihatkan, tapi yang paling menonjol adalah hubungan Anna dan Ayahnya. Hanya berdua saja, karena ibunya meninggal kala Anna masih SMP. Hal itu membuat Anna dan Ayahnya sangat dekat. Mereka seringkali menghabiskan waktu liburan bersama, mengunjungi makam sang Ibu setiap hari ulang tahunnya, atau berbincang saat luang.

Kedekatan keduanya menjadi siksaan berat ketika sang Ayah ditugaskan ke Makassar selama setahun. Anna yang sudah terbiasa bersama sang Ayah meminta untuk ikut ke Makassar. Namun, sang Ayah melarang.

Pada akhirnya, Erga -ayah Anna- menitipkan Anna pada sahabatnya, karena meninggalkan seorang gadis sendirian di rumah terlalu beresiko. Bagi Anna, dunia memang sempit. Ternyata, sahabat Ayahnya yang akan menjadi keluarga sementara Anna setahun ke depan adalah orangtua Adrian. Itu artinya, ia akan tinggal serumah dengan Adrian. What the fyuhh!!


“Ini anak saya yang seumuran sama kamu. Namanya Adrian.” [page 52]


Memang, rasa nyaman muncul karena terbiasa. Anna dan Adrian makin hari makin dekat. Tiara yang mengetahui kedekatan Anna dan Adrian jadi uring-uringan. Entah siapa yang membuat ulah, sekolah kembali dikejutkan dengan perilisan artikel baru mengenai Tiara. Artikel yang membuat Adrian marah besar pada Tiara. Artikel yang menjadi awal kebencian Tiara terhadap Anna. Tiara yang diselimuti oleh amarah dengan mantap mendeklarasikan kebenciannya terhadap Anna. Ia menganggap bahwa Anna mengkhianatinya dengan merebut Adrian.


“Lo bukan sahabat gue. Nggak ada sahabat yang nusuk sahabatnya dari belakang.” [page 185]


Tiara, yang ternyata memiliki sisi jahat menyebarkan gosip dan membocorkan satu hal kepada salah satu anggota komunitas jurnalis. Artikel baru pun dirilis dan langsung menjadi trending topic di sekolah. Sebuah artikel yang membuat Anna-Adrian dibenci, dicaci, di-bully, dan selalu sendiri.

Adrian yang selalu acuh terhadap apapun tidak merasa terganggu. Namun, entah karena apa, ia jadi mengkhawatirkan Anna. Ia tidak ingin Anna terluka. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan Adrian adalah menemui anggota komunitas jurnalis yang merilis artikel tersebut dan meluruskan jalan ceritanya.


“Yang pertama, apa komunitas jurnalis kasih tau apa alasan kami tinggal bareng? Nggak. Kenapa? Karena mereka juga nggak tahu apa alesannya. Yang kedua, apa komunitas jurnalis berusaha buat cari jawabannya? Nggak. Kenapa? Karena yang mereka pikirin itu Cuma keeksisan web mereka aja. Harusnya komunitas kayak gitu bisa jadi wadah positif buat orang-orang yang mau terjun di dunia hiburan. Seharusnya komunitas jurnalis itu ada buat mengungkap kebenaran, kan?” [page 213]


Masalah yang dihadapi oleh Anna dan Adrian tidak hanya sampai disini. Masih ada lagi ulah Tiara yang membuat planning masa depan Adrian hancur. Masalah seperti apakah itu? Yang jelas, ini terlalu jahat untuk ukuran anak SMA *menurut saya sih ya.


“Say goodbye to your dream, Dri.” [page 256]


Ulah Tiara kali ini memang tidak bisa ditoleransi. Anna yang mengetahuinya pun lantas meluapkan amarahnya tepat di depan muka Tiara, disaksikan oleh Adrian juga. Detik itu, Adrian dan Tiara sama-sama kaget melihat sisi lain dari Anna ketika benar-benar marah, kecewa, kesal, dan lainnya.


“Apa yang lo lakuin itu bener-bener rendah, Ra. Lo orang terendah yang pernah gue temuin.” [page 258]


Tuhan memang selalu menghadirkan masa-masa susah sebelum datang masa-masa senang. Anna lulus dengan nilai rata-rata cukup bagus dan berhasil diterima di Singapore Management University. Anna berhasil mewujudkan mimpinya dan orangtuanya. Berbeda dengan Anna, Adrian lulus dengan nilai yang pas-pasan.


“Orang yang pintar bisa kalah sama orang yang tekun. Orang yang tekun juga bisa kalah sam orang yang beruntung. Lo bisa jadi orang yang tekun atau orang yang beruntung itu. If you give up, you will regret it forever, Dri. Nggak ada salahnya buat mencoba, kan?” [page 265]


Tanpa diduga, Adrian justru meminta Anna untuk tidak mengambil beasiswa kuliah di Singapore itu. Lantas, apa yang dilakukan Anna? Menyerah pada impiannya atau meninggalkan Adrian? Bagaimana kelanjutan hubungan Adian dan Anna? Haruskah berhenti begitu saja? Mampukah keduanya mempertahankan hubungan ketika otak dan hatinya berjalan tak saling beriringan?


“I’m sorry because I broke our promise. I’m sorry because I lied to you.” [page 325]


***

FINALLY!! Review berakhir dan saatnya untuk mengisi kategori keunggulan dan kelemahan dari novel “Double A”. Kita mulai dari keunggulannya ya.


  1. Covernya lucu dan keyword-able karena benar-benar menggambarkan keseluruhan cerita. Ada kertas, pensil, gadget, foto dua pelajar dari belakang, kamera, dan penggalan artikel.
  2. Bahasa ringan, kids jaman now banget. Jadi, mudah dipahami.
  3. Konfliknya nggak terlalu berat. So, direkomendasikan untuk kalian yang doyan baca tapi nggak mau puyeng.
  4. Tidak menitikberatkan pada unsur percintaan, karena dipadukan dengan persahabatan, impian, keluarga dan perjuangan. Jadi, nggak terkesan monoton dan nggak akan bosen.
  5. Penggambaran karakternya jelas. Saking jelasnya, sampe saya pribadi jatuh cinta dengan Adrian, pengen neriakin Anna biar sadar, dan jedotin pala Tiara ke tembok biar otaknya rada bener.
  6. Ada banyak kalimat yang bisa dijadikan tips juga motivasi buat kalian yang lagi ngejar beasiswa di dalam atau luar negeri.
  7. Ada beberapa rekomendasi judul lagu dan buku yang bisa kalian nikmati. Kalo lagu ya, silahkan download. Kalo buku ya, silahkan beli atau yang paling enak sih ya pinjem  wkwk.

Disamping itu, ada beberapa hal yang saya sayangkan, diataranya :


  1. Penyelesaian konflik terkesan terburu-buru dan dipotong agar cepat selesai. Tapi itu nggak mengganggu sih sebenernya.
  2. Kejahatan yang dilakukan tokoh antagonis terlalu berlebihan untuk ukuran anak SMA. Saya jadi penasaran, adakah sosok kayak Tiara di muka bumi ini?
  3. Harganya terbilang mahal untuk ukuran pelajar yang doyan jajan seperti saya huhu  Mengingat novel ini tidak terlalu tebal. Tapi, asli sih, meskipun harganya gabisa dijadiin sahabat, tetep aja kalian dapet suguhan bacaan yang bener-bener “berbeda” dari lainnya.

Over all, saya menyukai cerita ini dan bersedia memberikan rate 4 untuk mahakarya milik Iolana Ivanka ini. Novel ini worth it banget untuk dibaca remaja labil yang masih menjadikan sebuah hubungan atau pacar sebagai pembatas mimpi.

Penilaian bersifat objektif dan SAMA SEKALI tidak memiliki niatan untuk menjatuhkan penulis.

Tetaplah jadi generasi muda Indonesia yang suka membaca.
Continue reading REVIEW + RESENSI NOVEL "DOUBLE A" by Iolana Ivanka [Sebuah Ujian Bagi Adrian]