REVIEW + RESENSI BUKU "IMPERFECT" by Meira Anastasia [Karir, Cinta & Timbangan]




Judul  : Imperfect
Penulis  : Meira Anastasia
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
Genre : Kumpulan Cerita
Halaman : 172 halaman
Tahun Terbit: 2018
ISBN : 9786020382180
Harga : Rp 135.000
Rate : 🌟🌟🌟🌟
Blurb :

“TERNYATA, ORANG CAKEP BELUM TENTU ISTRINYA CANTIK!”

JLEB!

Komentar di Instagram suamiku (@ernestprakasa) di atas adalah kalimat yang kuingat semur hidup. Ternyata, menjadi istri seorang public figure itu berat ya, karena sepertinya aku harus memenuhi ekspektasi netizen. #nangisdipojokan

Rambut pendek, kulit gelap, jarang pakai makeup, juga bentuk badan dan payudara yang tidak ideal lagi setelah melahirkan dua anak, semakin memperberat jalanku untuk berdamai dengan diri sendiri. Tetapi, jalan yang berat bukan berarti mustahil.hanya saja butuh waktu dan kesabaran karena prosesnya lama dan sama sekali tidak mulus. Yah, samalah seperti kulitku. #storyofmylife

Menulis buku ini membuatku harus membuka kembali banyak luka. Tetapi dengan mengakui luka, aku jadi bisa belajar bagaimana mengatasinya. Juga belajar menjadi lebih baik lagi.

BUKU INI BUKANLAH BUKU MOTIVASI, melainkan kumpulan cerita seorang perempuan, istri, sekaligus ibu yang sedang berjuang agar bisa mengatakan kepada diri sendiri: Aku tidak sempurna, tapi tidak apa-apa. Karena aku bahagia.

***

HAI, GIMANA KABARNYA? BAIK-BAIK AJA KAN?
MASIH ADAKAH YANG SETIA NUNGGU BLOG INI UPDATE? SAYA HARAP MASIH ADA SIH YA. HEHE.

Okay, jadi, sebelum ke tahap review novel, saya mau ngucapin bermilyar-milyar kata maaf buat kalian semua, khususnya untuk pembaca setia blog ini. Selain itu, saya juga mau ngucapin terima kasih banyak buat kalian yang masih setia, inget dan sering cek blog ini –ngeliat udah ada update-an terbaru apa belum-, serta kalian yang udah ngasih komentar (disaat saya udah hampir nyerah atau vacum dari blog ini; percayalah, setelah saya baca komentar kalian dari e-mail, ada rasa membara dalam diri saya buat tetep lanjut nulis blog –meskipun jadwalnya unpredictable-).

Terhitung sejak dirilisnya (*asek, bahasanya udah kayak BTS mau rilis MV gitu gase? Haha) “REVIEW + RESENSI NOVEL “JUST BE MINE” by Pit Sansi” pada 15 Mei 2019, blog ini sudah nggak pernah update apa-apa lagi.

Memang, saya ini orangnya moody, juga mageran (fakta ini bisa kalian baca di postingan berjudul “BOOK HAUL SAMBIL NGOBROL ONLINE”). Tapi, yang jadi alasan buat ‘break’nya blog ini dalam jangka waktu lumayan lama dari Mei sampai November bukan karena males, atau kehabisan bacaan. Bakal saya jelasin alasannya dari awal sampai akhir. Jadi, mohon dibaca dan disimak baik-baik.

Pertama. Beberapa dari kalian mungkin tau, kalo saya ini duduk di bangku akhir SMA (terhitung sampai postingan review Just Be Mine). Kalian tau, kan, sesibuk apa manusia yang duduk di tingkat akhir? Habis UNBK, terbitlah UTBK. Kegagalan untuk lolos SNMPTN bikin saya mau nggak mau harus berjuang di SBMPTN. Jadi, saya mati-matian nyiapin fisik, mental dan pikiran buat ikut UTBK. Asal kalian tau, di titik itu, seluruh novel dan buku bacaan saya ‘diambil alih’ sementara sama nyokap. Alasannya klise, biar nggak kepincut baca novel di tengah-tengah belajar buat UTBK.

Kedua. Setelah ngelewatin serangkaian ujian hidup bernama UTBK, hadir yang namanya Hari Raya Idul Fitri (bagi Muslim). Momen lebaran emang nggak bisa kalo nggak dirayain rame-rame bareng keluarga. Iya, saya mudik, di salah satu daerah di Jawa Timur yang susah sinyal selama kurang lebih dua minggu (selama itu pula saya nggak aktif sosmed sama sekali; ya bayangin aja coy! sinyalnya ilangan kayak dia *eh). Sebenernya ada sinyal sih, tapi untuk pengguna ‘kartu orang kaya’. Apalah daya, saya yang notabene pengguna ‘kartu pelajar’? Hmm, sadar diri.

Ketiga. Mahasiswa Baru. Jadi, puji Tuhan, saya lolos SBMPTN di salah satu universitas yang ada di ibukota Jawa Timur. Yang namanya maba (mahasiswa baru), pasti nggak luput dari yang namanya daftar ulang, pindahan kos, OSPEK (*sekarang ganti nama jadi PKKMB), OSJUR (*di kampusku diganti namanya jadi PPPK), dan serangkaian “kegiatan wajib” untuk maba lainnya. Baca novel, buka laptop, nge-review adalah hal yang mustahal bin mustahil dilakukan di tengah kesibukan maba. Sumpah, di titik ini, saya ngerasa kayak udah nggak sanggup buat ngurus blog dan novel. Sangat amat capek cuy!

Keempat. Tugas. Di dunia ini, yang namanya pelajar/ mahasiswa pasti punya tugas yang harus dikerjakan dan juga dikumpulkan, ya nggak? Kalo di masa SMA, saya masih bisa nyontek temen dan ngerjain dadakan di kelas. Tapi kalo di bangku perkuliahan, kayaknya agak susah. Bukan agak susah, tapi emang susah. Di titik ini, banyak banget tugas, mulai dari individu, kelompok (semuanya memiliki deadline yang berhimpitan), dan semuanya ngelibatin otak *yakali, nugas nggak ngotak ya namanya nyalin jawaban temen wkwk. Jangan dibayangin seberapa pusing kepala saya waktu itu, karena kamu nggak akan kuat. Buset, udah kaya omongan Dilan aja wkwk.

Kelima. Nggak bawa novel ke tanah rantau. Iya, jadi ceritanya saya ini kan rantau nih *ye jelas, kan maba, mbak-_-. Nah, karena merantau, hidup jauh dari orang tua, saya jadi lebih mentingin bawa pakaian, ATK, dan keperluan lainnya termasuk makanan daripada novel. Ya kali, bawa novel bisa bikin saya malah asyik baca novel daripada literatur. Nanti imbasnya ke IPK jeblok, leher saya digorok *canda doang ini loh ya.

OK. Jadi, 5 poin di atas itu adalah alasan saya ‘istirahat sejenak’ dari aktivitas blogging. Silahkan, kalo kalian masih mau salahin saya karena nggak bisa me-manage waktu dengan baik, akan saya terima, karena emang gitu faktanya.

Nah, karena ini adalah postingan pertama dari sekitar 5 bulan yang lalu, seperti biasa, saya nggak bakal balik nulis blog kalo nggak bawa subjek bacaan untuk diulas. Dan kali ini, saya bakal review, salah satu buku berisi kumpulan cerita karya istrinya Ernest Prakasa alias Meira Anastasia, apa lagi kalo bukan Imperfect.

Imperfect ini sendiri nantinya juga bakal naik layar lebar dan diperankan oleh beberapa aktor-aktris ternama, seperti Jessica Mila, Reza Rahardian, Yasmin Napper, Karina Suwandi, Shareefa Daanish, Dion Wiyoko, Boy William, dan masih banyak lagi. Kapan kalian bisa menikmati akting aktor-aktris tersebut dalam memerankan karakter dalam cerita Imperfect? CATAT TANGGALNYA! 19 DESEMBER 2019! JANGAN LUPA!

Jadi, sudah ada yang penasaran sama ceritanya? Hum, bacaannya cukup tipis, jadi sepertinya saya nggak akan berlama-lama untuk review, cuma nggak tau aja, sepertinya nanti bakal boros kata ketika membahas topik body shaming dan love yourself.

Ok, mulai aja deh review-nya. Saya tau, kalian udah mulai bosen baca intronya wkwk.

***

Buku ini mengisahkan tentang Meira yang tidak sengaja membaca sebaris cuitan menyakitkan dalam kolom komentar Instagram Ernest yang notabene adalah suaminya, sekaligus public figure. Komentar tersebut berbunyi, “Ternyata, orang cakep istrinya belum tentu cantik!” yang ditulis oleh netizen kurang kerjaan dan berhasil mengundang ocehan-ocehan dari netizen lain, yang seakan mendukung opini jahat tersebut.

Memang sih, dari dulu sampai sekarang, apapun yang dilakukan oleh artis, baik di dunia nyata maupun sosial media selalu menjadi bahan perbincangan, termasuk hujatan dan cacian. Semuanya dibahas sampai nggak tersisa sama netizen, misal gaya berpakaian, gaya makeup, angle foto, dan lainnya. Tapi, poin utama yang paling sering jadi bahan komenan adalah yang nyata dan terlihat oleh mata, yaitu FISIK. Diceritakan, fisik Meira ini memang berbeda dari kebanyakan kaum hawa di luar sana, terlebih, kaum hawa yang berstatus sebagai istri seorang public figure.


“Jangan pernah menganggap remeh candaan soal fisik. Karena untuk sebagian besar orang, itu sangat berpengaruh. Besaran pengaruhnya bisa berbeda-beda. Ada yang cuma mengganggu mood -habis baca komentar negatif, jadi kesel, terus kebawa jelek mood-nya seharian. Ada yang sampai depresi, bahkan menyakiti diri sendiri, karena merasa terlalu jelek untuk dicintai.” [page 12]


Dalam buku ini, Meira tidak hanya menerima cuitan mengenai fisiknya melalui sosial media, tapi juga dari mulut orang-orang di sekitarnya, seperti teman, keluarga, bahkan Ernest (suaminya). Rasa sedih, kesal, dan marah dirasakan oleh Meira. Puncaknya, ya ketika dirinya dikomenin sama Ernest. Dari situlah, Meira merasa bahwa dirinya seperti benar-benar tidak dicintai, dirinya tidak menyukai dan tidak menerima takdirnya sendiri. Satu hal yang ada dalam benak Meira adalah, HARUS BERUBAH.

Kalian pernah nggak sih, ngerasa sayang banget sama orang, sampe-sampe, apa yang diminta orang tersebut bakal kalian lakuin? Nah, hal itu terjadi pada Meira. Ernest memang sempat mengomentari fisiknya, tapi dengan tata cara berbeda, menggunakan tata krama dan kasih sayang tentunya. Meski tidak sepenuhnya menerima, Meira berhasil meredam rasa kesalnya dan mengganti dengan tekad kuat untuk berubah ke arah yang lebih baik. Dimulai dari belajar mengontrol makanan, menyisihkan sedikit waktu untuk merawat diri, dan yang pasti melakukan gerak tubuh yang sangat dibenci oleh kaum rebahan seperti saya, yaitu OLAHRAGA. Satu hal yang dapat disimpulkan, komentar Ernest ini bersifat konstruktif alias membangun. Dalam arti, membuat orang yang bersangkutan bisa maju menjadi lebih baik dari sebelumnya.


“Semakin besar investasi rasa sayang kita pada seseorang, kita akan semakin rapuh terhadap orang itu. We tend let our guard down.” [page 28]


Namun, belum cukup sampai disitu saja. Kesabaran Meira masih terus diuji hingga menuju pada titik paling bawah yang membuatnya putus asa. Mungkin untuk kurus atau ngecilin perut, dia bisa olahraga. Tapi, untuk urusan yang satu ini, tidak ada pilihan lain selain OPERASI.

Emang apa sih? Kenapa harus operasi segala? Penasaran? Beli aja bukunya, terus baca, atau tonton filmya tanggal 19 Desember 2019 nanti!

Lantas, bagaimana reaksi Ernest ketika mengetahui bahwa Meira ingin melakukan operasi? Apakah Ernest menyetujui? Lalu, bagaimana akhir dari kisah lika-liku Meira dengan ketidaknyamanan terhadap diri sendiri?
Penasaran dengan jawaban dari pertanyaan di atas? Mohon maaf yang sebesarnya karena seperti biasa, saya nggak bisa nulis review sampai ending. Tau sendirilah, nanti bakal berakibat spoiler dan juga kena copyright. Kalo emang beneran penasaran level Dewa dan nggak bisa nahan ke-kepo-an-nya terhadap kisah ini, ayo pergi ke toko buku offline atau online langganan kalian dan beli bukunya.

Kalo ngerasa harganya kemahalan, bisa pinjem dulu ke temen (kalo ada yang punya). Yang penting jangan sampe beli yang bajakan! Misalnya nggak ada temen yang punya, terus di toko buku juga nggak ada, cuan di dompet juga menguap, berarti kalian harus bisa meredam rasa penasaran kalian sampai tanggal 19 Desember 2019. Pas tanggal itu, kalian bisa keluarin duit 30-50 ribu buat menikmati “ringkasan” dari kisah ini dalam bentuk action.


“Dan yang paling penting, berubahlah karena kamu merasa perubahan itu akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Bukan HANYA karena apa yang orang pikirkan tentangmu. Atau karena orang lain yang memintamu berubah.” [page 32]


***

Puji Tuhan sudah sampai di bagian mendekati penutup hehe. Percayalah, saya nulis ini kayak seret gitu, mungkin efek karena udah lama nggak main ginian kali ya?

So, yup! Gimana kisah di atas menurut kalian? Adakah dari kalian yang pernah ngalamin body shaming kayak Meira? Kalo ada, boleh dong corat-coret di kolom komentar, kita sharing gitu.

Hmm, ini mau sharing dikit soal problematika body shaming yang pernah saya alami. Jujur, saya pernah ngerasain, tapi nggak separah Meira. Hanya sepatah atau dua patah kalimat, yang intinya sama dari temen atau orang rumah “Kok kamu kurus banget sih? Cacingan ya?”. Percaya nggak percaya, setelah dapet cuitan seperti itu, saya langsung minta ke ibu buat beliin obat cacingan (konv*rmex). Saya minum rutin, tapi badan juga tetep aja kurus (padahal orang serumah juga berisi semua). Sampai pada akhirnya, saking bosennya dikomen gitu, saya mutusin buat kulineran terus sama temen-temen, dan ningkatin porsi makan dari yang sehari 3 kali jadi 4 kali + ngemil.

Alhasil, massa tubuh langsung anjlok dari 47 kilogram jadi 54 kilogram. Dan ketika di titik itu, saya beneran ngerasa tersiksa. Ya gimana ya, celana jeans nggak ada yang muat, kemeja juga kalo dikancingin bikin sesak. Jadilah saya nggak bisa bebas pergi ke luar rumah pake baju apapun –karena saat itu yang bisa dipake  ya cuma kulot sama atasan oversize-. Meskipun gitu, banyak dari temen-temen yang bilang kalo badan saya ideal (ini komentar fisik bersifat positif karena menyenangkan hati); tinggi badan saya 164 cm. Jadi, it’s ok lah, saya mutusin buat enjoy sama massa tubuh segitu.

Dan suatu saat, pas lagi nonton drama korea (*fyi, saya kpopers) ada tokoh cewek yang bikin rasa “ingin diet” dalam diri saya menggebu. Dia adalah Krystal, adiknya Jessica ex-SNSD yang waktu itu main drama The Player.



Jadilah, saya mulai “diet sehat” dengan memangkas porsi makan dari yang sehari 4 kali jadi 2 kali, dan mengurangi cemilan. Dengan satu hari free makan makanan kesukaan –dengan catatan nggak boleh balas dendam-. Tapi pada akhirnya, saya jatuh sakit, TIPES COY! Setelah dua minggu konsumsi obat macem-macem, massa tubuh akhirnya berkurang, muka pucet kayak zombie. Huum, 46 kilogram. Turun kurang lebih 8 kilogram dari berat awal. Saat itulah, saya mulai “perbaikan gizi” lagi, dengan dibantu teman-teman kulineran, dan tentunya masih dengan warning karena habis sakit. Finally! Yang Maha Kuasa memberi jatah tubuh saya untuk bermassa 50 kilogram –sampai sekarang-.

Singkat cerita aja, detik ini, saya nggak ngalamin yang namanya body shaming lagi. Entah karena saat ini sudah duduk di bangku perkuliahan yang pasti pemikiran teman-teman juga lebih dewasa, atau karena mereka bodo amat soal fisik atau lainnya. Intinya dari sini, saya seribu persen setuju sama perkataan mba Meira, dimana ketika kita ingin berubah, jangan karena ingin menuruti orang lain, tapi karena ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jujur aja, saya baru nyadar kalo yang saya lakuin itu (naik-turunin berat badan) untuk menuruti orang lain –biar nggak diejek terusan-.

Cukup. Jadi, tulisan di atas adalah pengalaman pribadi saya. Sebenernya nggak melulu soal massa tubuh, ada juga perihal body shaming lain dengan topik muka bruntusan, kulit tambah item, muka kusam, dan lainnya yang saya alami. Tapi nggak akan ada habisnya kalo saya tulis disini. HAHA.

Jadi, buku ini worth to read banget. didalamnya ada banyak sekali pembahasan mengenai bagaimana harusnya kita bereaksi terhadap komentar negatif orang tentang fisik, ada juga workout tutorial yang bisa kita coba di rumah. Ada juga petunjuk-petunjuk tentang makanan (yang saya rasa ini membantu banget buat kalian yang lagi ngejalanin program diet). Selain itu, ada pula ilustrasi-ilustrasi berwarna dengan tone orange yang lucu. Buku ini juga banyak banget quotes dan moral value-nya. Buku ini juga cocok dibaca dengan harapan agar bisa lebih hati-hati dalam menggerakkan jempol untuk berselancar di sosial media –dalam artian bisa untuk bimbingan para netizen nganggur biar nggak nyakitin orang lewat jeplakannya-.

Disamping itu, buku ini kiranya terlalu mahal untuk ukuran setipis gini. Tapi, sepertinya sebanding lah dengan isinya yang banyak ilustrasi, warna dengan desain hard cover (bisa buat getok pala netizen julid nih wkwk *jahat nih authornya). Selain itu, ada bagian yang kurang pas untuk dibaca usia kurang dari 18 tahun (ya walau sebenernya ini menurut catatan penulisnya 21+, tapi nggak ada yang “mature”, cuma membahas operasi di bagian tertentu gitu aja. Jadi, saya rasa, dibaca sama usia 17-18 juga nggak masalah, tapi kalo di bawah itu, mending baca komik doraemon aja deh hehe). Lalu, ada juga some typos, tapi no prob sebenernya, karena nggak mengganggu banget, dimaklumi kok. Terakhir, banyak kalimat yang tumpang tindih –jadi, kesannya muter muter gitu-, juga ada banyak yang berbahasa Inggris –jadi, kudu buka tutup kamus atau google translate biar tau maksudnya; di samping itu, nggak masalah sih sebenernya, kan biar menambah kosakata baru gitu, biar nggak bloon bloon amat-.

Nah, dari ribuan kata di atas, seberapa excited kamu terhadap kisahnya Meira Anastasia ini? Oh iya, ngomongin Meira Anastasia, nanti di versi film bakal diperanin sama Jessica Mila. Setauku sih, dulu sempat lihat acara selebriti, Jessica Mila ini juga pernah jadi korban body shaming. Jadi, mungkin itu juga pendorong kenapa mba Mila terpilih buat berperan sebagai Meira.

So, terima kasih buat kalian yang sudah betahin baca tulisan saya sampai titik ini.

Jangan lupa terus mendukung saya biar semangat nulis review lainnya dengan meramaikan kolom komentar. Buat kalian yang takut banget ketinggalan informasi update terbaru blog ini, santuy! Skuy, langsung follow blog ini.

Okay, jadi itu saja yang bisa saya tulis dalam review kali ini. Pokoknya, ingat! CARI TOPIK PEMBICARAAN LAIN SELAIN FISIK. KARENA FISIK BUKAN BAHAN UNTUK CANDAAN SEMATA. STOP! BODY SHAMING. SILAHKAN BERCERMIN SEBELUM NYINYIRIN ORANG. BENAHIN DIRI SENDIRI DULU. *ya ampon, maafkan hamba yang mendadak ngegas wkk

Dan, buat kalian yang merasa nggak bisa menerima keadaan, yuk mulai belajar mencintai diri sendiri. Love yourself more. Jangan dengerin omongan orang *ya meskipun saya tau, ini nggak mudah dilakuin. Seperti kata Kim Namjoon, leadernya BTS dalam pidato di PBB, kalian harus percaya diri, sayangi diri sendiri, apapun keadaanya tetap terima dan syukuri.




Tell me your story. I want to hear your voice, and I want to hear your conviction. No matter who you are, where you’re from, your skin colour, gender identity: speak yourself. Find your name, find your voice by speaking yourself." 
Kim Namjoon


Over all, bintang 4 deh buat tulisan dan pengalamannya mba Meira ini. Oh iya, penilaian bersifat objektif dan SAMA SEKALI tidak memiliki niatan untuk menjatuhkan atau membandingkan penulis.

Sekali lagi, terima kasih sudah membaca.


“Aku tidak sempurna, tapi aku bahagia.” [page 131]


Oh iya, kelupaan. Untuk Original Soundtrack dari film Imperfect ini sendiri berjudul Pelukku untuk Pelikmu yang dinyanyikan sama Bung Fiersa Besari. Liriknya simpel, gampang dimengerti juga diresapi. Kalo kalian pengin dengerin full-nya, bisa langsung cek di YouTube channel Starvision Plus atau IGTV nya @fiersabesari atau @film_imperfect .


SEKALI LAGI, FILM DAN OST-NYA INI SUPER RECOMMENDED BANGET!!

Bonus pict kembaran author nih, buat ngademin mata *plak, ditabok meU


Continue reading REVIEW + RESENSI BUKU "IMPERFECT" by Meira Anastasia [Karir, Cinta & Timbangan]